Pharma Financial Distress Analysis
Pharma Financial Distress Analysis
Abstract
This study aims to observe the financial distress assessment for pharmaceutical companies
listed on the Indonesia Stock Exchange using the Altman Z-Score model. The sample is selected
using purposive sampling method. Ten pharmaceutical companies were selected with the
criteria listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) and regularly published financial reports
in 2013 until 2015. Secondary data was derived from www.idx.co.id site. The results indicate
that the Altman Z-Score model can be implemented in detecting the possibility of financial
distress in the pharmaceutical company. One from ten companies has the lowest value of the
Z-Score and experiencing financial distress. For two years, the company is in distress zones
but in the third year, the company is managed to increase the value of the company and
included in the gray zones. This company must continue to strive in order to stabilize the
company's financial and asset utilization to obtain maximum profit, and until it was declared
as a healthy company.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian financial distress terhadap perusahaan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman Z-Score.
Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Sepuluh perusahaan farmasi
dipilih dengan kriteria yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan laporan keuangan yang
dipublikasikan secara reguler pada tahun 2013 sampai 2015. Data sekunder berasal dari situs
www.idx.co.id. Hasilnya menunjukkan bahwa model Altman Z-Score dapat
diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan financial distress pada perusahaan
farmasi. Satu dari sepuluh perusahaan memiliki nilai terendah dari Z-Score dan mengalami
tekanan keuangan. Selama dua tahun, perusahaan berada dalam zona tertekan namun di tahun
ketiga, perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan dan masuk dalam zona
abu-abu. Perusahaan ini harus terus berusaha dalam rangka menstabilkan pemanfaatan aset dan
keuangan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan maksimal, dan sampai dinyatakan
sebagai perusahaan yang sehat.
Kata kunci: Financial Distress, Altman z-score, perusahaan farmasi
55 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
1. PENDAHULUAN produksi merupakan obat dengan harga
relatif terjangkau.
Indonesia merupakan negara berkembang
dengan populasi penduduk terbesar di Asia Peningkatan persaingan serta perubahan
Tenggara, sekitar 255 juta jiwa dan kondisi pasar membuat produsen harus
merupakan negara terbesar keempat di dengan cermat mengatasi dan mengambil
dunia (BPS, 2017). Hal ini membawa keputusan dalam hal-hal yang menyangkut
Indonesia menjadi pasar yang potensial perusahaan. Pengaruh kinerja perusahaan
bagi para produsen. Sebagai negara dapat diukur dari hasil analisis laporan
berkembang salah satu yang menjadi keuangan. Laporan keuangan yang
kebutuhan pokok masyarakat Indonesia diterbitkan oleh perusahaan merupakan
adalah kesehatan. Dunia kesehatan erat salah satu sumber informasi tentang posisi
kaitannya dengan obat-obatan dan industri keuangan perusahaan, kinerja serta
farmasi. Menurut Peraturan Menteri perubahan posisi keuangan sangat berguna
Kesehatan Republik Indonesia Nomor untuk mendukung pengambilan keputusan
1799/MENKES/PER/XII/2010, Industri yang tepat. Karena laporan keuangan
farmasi adalah badan usaha yang memiliki merupakan ringkasan dari transaksi dan
izin dari Menteri Kesehatan untuk aktivitas perusahaan dalam satu periode
melakukan kegiatan pembuatan obat atau yaitu satu tahun buku. Analisis laporan
bahan obat. Setiap tahunnya kebutuhan keuangan yang memberikan gambaran
manusia akan kesehatan semakin kinerja perusahaan dapat digunakan untuk
meningkat terutama pada negara memproyeksikan aspek keuangan
berkembang seperti Indonesia dengan perusahaan dimasa yang akan datang untuk
kepadatan penduduknya. Peningkatan menghindari perusahaan dari kebangkrutan
penawaran dan permintaan obat serta dapat menjadi penentu kebijakan dan
dimasyarakat, menjadikan persaingan antar pertimbangan bagi manajer, investor dan
industri farmasi menguat. pemilik perusahaan.
Baru-baru ini pemerintah memberikan Financial distress secara umum adalah
kebijakan dengan memberlakukan Sistem kondisi di mana perusahaan mengalami
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang kesulitan keuangan dan terancam bangkrut.
dijalankan oleh Badan Penyelenggara Kebangkrutan secara umum didefinisikan
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. sebagai keadaan di mana perusahaan
Kebijakan pemerintah ini diproyeksikan mengalami kegagalan menjalankan
meningkatkan pasar farmasi 9% pada tahun operasional perusahaan sehingga tidak
2014 dan semakin meningkat ditahun 2015 dapat menghasilkan laba dan membayar
yaitu mencapai 11,8% menjadi Rp 56 kreditur mereka. Menurut Ferbianasari
triliun dibanding tahun sebelumnya. (2012) financial distress adalah masalah
Industri obat-obatan dengan resep dokter di likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa
Indonesia telah mengalami penurunan, hal dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari
ini disebabkan karena semakin banyak operasi atau struktur perusahaan. Informasi
orang beralih ke obat generik di bawah financial distress ini dapat dijadikan
skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). sebagai peringatan dini atas kebangkrutan
Sekalipun permintaan dan penawaran obat- sehingga manajemen dapat melakukan
obatan semakin meningkat 2 tahun tindakan secara cepat untuk mencegah
belakangan, namun peningkatan pasar ini masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.
tidak diikuti dengan naiknya pendapatan Analisis Z-Score sendiri merupakan sebuah
bagi perusahaan farmasi, hal ini alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh
dikarenakan produk obat-obatan yang di Dr. Edward I. Altman pada tahun 1968.
56 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Metode ini menggunakan rasio-rasio 1. Kegagalan ekonomi (economic failure)
tertentu dalam rangka memprediksi risiko Kegagalan dalam arti ekonomi
kebangkrutan sebuah perusahaan(Nugroho biasanya berarti bahwa perusahaan
dan Mawardi, 2012). Variabel yang kehilangan uang atau pendapatan
terdapat dalam formula Z-Score adalah Net perusahaan tidak menutup biayanya
Working Capital to Total Assets, Retained sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih
Earnings to Total Assets, Earning Before kecil dari biaya modal atau nilai
Interest and Taxes to Total Assets, Market sekarang dari arus kas perusahaan lebih
Value of Equity to Book Value of Debt dan kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi
Sales to Total Asset. Analisis Z-Score bila arus kas sebenarnya dari
digunakan untuk mengukur atau perusahaan tersebut jatuh di bawah
memprediksi kebangkrutan dengan tingkat arus kas yang diharapkan. Bahkan
ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat kegagalan dapat juga berarti bahwa
dipercaya. pendapatan atas biaya historis dari
investasinya lebih kecil daripada biaya
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan modal perusahaan.
untuk mengetahui hasil penilaian financial
distress pada perusahaan farmasi yang 2. Kegagalan keuangan (financial
tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan failure)
menggunakan model Altman Z-Score yang Kegagalan keuangan bisa diartikan
dapat digunakan untuk mencegah masalah sebagai insolvensi yang membedakan
sebelum terjadinya kebangkrutan. antara dasar arus kas dan dasar saham.
Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
bentuk:
2. LANDASAN TEORI a. Insolvensi teknis (technical
insolvency). Perusahaan dapat
Kebangkrutan
dianggap gagal jika perusahaan,
Pada dasarnya perusahaan pasti akan selalu tidak dapat memenuhi kewajiban
berusaha untuk tetap eksis dalam jangka pada saat jatuh tempo. Walaupun
waktu yang panjang. Namun kondisi pasar total aktiva melebihi total utang
yang terus menerus berubah terkadang atau terjadi bila suatu perusahaan
membuat perusahaan kesulitan untuk gagal memenuhi salah satu atau
beradaptasi sehingga perusahaan lebih kondisi dalam ketentuan
mengalami krisis yang berkepanjangan dan hutangnya seperti rasio aktiva
menuju ke arah bangkrut. Kebangkrutan lancar terhadap utang lancar yang
(Bankruptcy) biasanya diartikan sebagai telah ditetapkan atau rasio
kegagalan perusahaan dalam menjalankan kekayaan bersih terhadap total
operasi perusahaan untuk menghasilkan aktiva yang disyaratkan.
laba (Supardi dan Mastuti, 2003). Menurut Insolvensi teknis juga terjadi bila
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, arus kas tidak cukup untuk
kebangkrutan adalah keadaan di mana suatu memenuhi pembayaran bunga
institusi dinyatakan oleh keputusan pembayaran kembali pokok pada
pengadilan bila debitur memiliki dua atau tangga tertentu.
lebih kreditur dan tidak membayar b. Insolvensi dalam pengertian
sedikitnya satu utang yang telah jatuh kebangkrutan. Dalam pengertian
tempo dan dapat ditagih. ini kebangkrutan didefinisikan
dalam ukuran sebagai kekayaan
Martin et.al (1995) mendefinisikan bersih negatif dalam neraca
kebangkrutan sebagai kegagalan dalam konvensional atau nilai sekarang
beberapa arti, yaitu:
57 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
dari arus kas yang diharapkan ketidakmampuannya untuk
lebih kecil dari kewajiban. menghasilkan keuntungan atau
mendatangkan penghasilan yang
Kesulitan Keuangan (Financial Distress) cukup untuk menutupi pengeluaran.
Sebuah bisnis yang menguntungkan
Financial distress merupakan tahap awal
dapat gagal jika tidak menghasilkan
sebelum terjadinya kebangkrutan.
arus kas yang cukup untuk memenuhi
Perusahaan akan mengalami financial
pengeluaran.
distress jika arus kas operasi perusahaan
3. Insolvency
tidak mampu mencukupi pemenuhan
Insolvency dapat dibedakan dalam 2
kewajiban jangka pendek seperti
kategori yaitu: (a) Technical
pembayaran bunga kredit yang telah jatuh
insolvency, merupakan kondisi di
tempo. Semakin besar kewajiban yang
mana perusahaan tidak mampu
dimiliki perusahaan, akan menyebabkan
memenuhi kewajibannya yang jatuh
semakin besarnya risiko terjadinya
tempo sebagai akibat dari
financial distress (Nasution, 2015).
ketidakcukupan arus kas, dan (b)
Financial distress juga dapat didefinisikan
Insolvency in Bankruptcy Sense,
suatu kondisi keuangan perusahaan yang
merupakan kondisi di mana total
mengalami kesulitan likuiditas yang sangat
kewajiban lebih besar dari nilai pasar
parah sehingga perusahaan tidak mampu
total aset perusahaan sehingga
menjalankan operasi dengan baik. Altman
memiliki ekuitas yang negatif.
(1968) mendefinisikan financial distress
4. Legal Bankruptcy
dengan mempergunakan angka-angka di
Legal Bankruptcy merupakan sebuah
dalam laporan keuangan dan
bentuk formal kebangkrutan dan telah
merepresentasikannya dalam suatu angka,
yaitu Z-Score yang dapat menjadi acuan disahkan secara hukum.
untuk menentukan apakah suatu Analisis Laporan Keuangan
perusahaan berpotensi untuk bangkrut atau
tidak. Altman juga mengolongkan financial Laporan Keuangan perusahaan yang
distress kedalam empat istilah umum, disajikan merupakan bentuk pertanggung
yaitu: jawaban dari masing-masing manajemen
pada perusahaan dan kepada pihak-pihak
1. Economic Failure yang berkepentingan pada perusahaan.
Economic Failure terjadi ketika Laporan keuangan bertujuan untuk
pendapatan perusahaan tidak dapat memberikan informasi dan gambaran
menutup total biaya termasuk biaya mengenai posisi keuangan dan kinerja
modal. Usaha yang mengalami hal perusahaan yang dapat dijadikan pedoman
tersebut dapat meneruskan operasinya dalam mengambil keputusan bisnis.
sepanjang kreditur berkeinginan untuk Menurut PSAK No.1 (IAI, 2012: p. 3),
menyediakan tambahan modal dan laporan keuangan bertujuan untuk:
pemilik dapat menerima tingkat 1. Menyediakan informasi yang
pengembalian (return) di bawah menyangkut posisi keuangan, kinerja,
tingkat bunga pasar. serta perubahan posisi keuangan suatu
2. Business Failure perusahaan yang bermanfaat bagi
Business Failure seringkali digunakan sejumlah besar pemakai dalam
untuk menggambarkan berbagai pengambilan keputusan.
macam kondisi bisnis yang tidak 2. Laporan keuangan tidak menyediakan
memuaskan. Business Failure semua informasi yang mungkin
mengacu pada sebuah perusahaan dibutuhkan pemakai dalam mengambil
berhenti beroperasi karena keputusan ekonomi karena secara umum
58 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
menggambarkan pengaruh keuangan sebagai dasar pembanding dari penafsiran
dan kejadian masa lalu, dan tidak rasio-rasio suatu perusahaan, penganalis
diwajibkan untuk menyediakan tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-
informasi non-keuangan. rasio itu menunjukkan kondisi yang
3. Laporan keuangan juga menunjukan apa menguntungkan atau tidak
yang telah dilakukan manajemen menguntungkan.
(stewardship), atau pertanggung
jawaban manajemen atas sumber daya Z-Score
yang dipercayakan kepadanya. Model Altman z-score merupakan indikator
untuk mengukur potensi kebangkrutan
Menurut Kieso (2008) tujuan pelaporan suatu perusahaan. Sejumlah studi telah
keuangan adalah untuk menyediakan dilakukan untuk mengetahui kegunaan
informasi yang berguna bagi keputusan analisis rasio keuangan dalam memprediksi
investasi dan kredit, informasi yang
kegagalan atau kebangkrutan suatu
berguna dalam penilaian arus kas masa perusahaan. Salah satu studi tentang
depan, dan informasi mengenai sumber prediksi ini adalah multiple discriminant
daya perusahaan, klaim terhadap sumber analysis (MDA) yang biasa disebut metode
daya tersebut. Dapat dijelaskan bahwa Z-Score model Altman. Dasar pemikiran
laporan keuangan digunakan sebagai bahan Altman menggunakan analisa diskriminan
penilaian dan pengambilan keputusan bermula dari keterbatasan analisa rasio
investasi serta memberikan informasi yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat
tentang sumber daya yang dimiliki suatu penyimpangan yang artinya setiap
perusahaan.
rasio diuji secara terpisah.
Laporan keuangan yang memang
memberikan informasi yang dibutuhkan Variabel-variabel atau rasio-rasio keuangan
bagi beberapa pihak serta dapat dijadikan yang digunakan dalam analisis diskriminan
pertimbangan dalam pengambilaan model Altman adalah (Endri, 2009 dalam
keputusan dimasa yang akan datang namun Ferbianasari, 2012):
seperti penjelasan yang ada dalam PSAK 1. Net Working Capital to Total Assets
diatas bahwa laporan keuangan tidak (WCTA)
menyediakan semua informasi yang Rasio ini menunjukkan kemampuan
dibutuhkan pemakai oleh sebab itu perusahaan untuk menghasilkan modal
diperlukan analisis untuk dapat kerja bersih dari keseluruhan total aktiva
menafsirkan laporan keuangan sehingga yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan
dapat memberikan informasi yang berguna membagi modal kerja bersih dengan total
bagi pihak yang berkepentingan dengan aktiva. Modal kerja bersih diperoleh
perkembangan kinerja perusahaan. dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan
Menurut Jumingan (2011) analisis rasio kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang
keuangan yaitu, Angka yang menunjukkan negatif kemungkinan besar akan
hubungan antara suatu unsur dengan unsur menghadapi masalah dalam menutupi
lainnya dalam laporan keuangan. kewajiban jangka pendeknya karena tidak
Hubungan antara unsur-unsur laporan tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk
keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya,
matematis yang sederhana. Secara perusahaan dengan modal kerja bersih yang
individual rasio itu kecil artinya kecuali jika bernilai positif jarang sekali menghadapi
dibandingkan dengan suatu rasio standar kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
yang layak dijadikan dasar pembanding. Dengan rumus rasio sebagai berikut:
Apabila tidak ada standar yang dipakai
59 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 kewajiban jangka panjang. Dengan rumus
X1 : WCTA = rasio sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
X4 : MVEBVL =
2. Retained Earnings to Total
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Assets(RETA)
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba 5. Sales to Total Assets
ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba
ditahan merupakan laba yang tidak Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan
dibagikan kepada para pemegang saham. menghasilkan volume bisnis yang cukup
Dengan kata lain, laba ditahan dibandingkan investasi dalam total
menunjukkan berapa banyak pendapatan aktivanya. Rasio ini mencerminkan
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam efisiensi manajemen dalam menggunakan
bentuk dividen kepada para pemegang keseluruhan aktiva perusahaan untuk
saham. Dengan demikian, laba ditahan menghasilkan penjualan dan mendapatkan
yang dilaporkan dalam neraca bukan laba. Dengan rumus rasio sebagai berikut:
merupakan kas dan tidak tersedia untuk
pembayaran dividen atau yang lain. Dengan 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
X5 : STA =
rumus rasio sebagai berikut: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Ramadhani dan Lukviarman (2009) dalam
𝑅𝑒𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑑 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠
X2 : RETA = Ferbianasari (2012) menyatakan setelah
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 melakukan penelitian terhadap variabel dan
sampel yang dipilih, Altman menghasilkan
3. Earnings Before Interest and Tax to model kebangkrutan yang pertama.
Total Assets(EBITTA) Persamaan kebangkrutan yang ditujukan
untuk memprediksi sebuah perusahaan
Rasio ini menunjukkan kemampuan publik manufaktur. Persamaan dari model
perusahaan untuk menghasilkan laba dari Altman pertama yaitu :
aktiva perusahaan, sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Dengan rumus rasio Z = 1,2 (WCTA) + 1,4 (RETA) + 3,3
sebagai berikut: (EBITTA) + 0,6 (MVEBVL) + 1 (STA)
X3 : EBITTA = Keterangan:
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠 Z = bankruptcy index
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 X1 = working capital / total asset
X2 = retained earnings / total asset
X3 = earnings before interest and
4. Market Value of Equity to Book Value taxes/total asset
of Debt(MVEBVL) X4 = market value of equity / book value of
Rasio ini menunjukkan kemampuan total debt
perusahaan untuk memenuhi kewajiban- X5 = sales / total assets.
kewajiban dari nilai pasar modal sendiri
(saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri
Intrepretasi Nilai Z-Score
diperoleh dengan mengalikan jumlah
lembar saham biasa yang beredar dengan Apabila perhitungan metode Z-Score telah
harga pasar per lembar saham biasa. Nilai dilakukan dengan serangkaian rasio-rasio
buku hutang diperoleh dengan keuangan yang dimasukkan dalam suatu
menjumlahkan kewajiban lancar dengan persamaan diskriminan maka akan
60 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
menghasilkan suatu angka atau skor penyelidikan dan penelitian lebih lanjut
tertentu. Angka ini memiliki penjelasan atau membuat keputusan tertentu yang
atau interprestasi tertentu. sederhana (Sekaran, 2006).
Dalam model tersebut perusahaan yang Populasi dan Sampel
mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan
sebagai perusahaan sehat, sedangkan Populasi pada penelitian ini adalah
perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa
diklasifikasikan sebagai perusahaan Efek Indonesia. Sedangkan sampel
potensial bangkrut. Selanjutnya skor 1,81 penelitian ditetapkan dengan menggunakan
sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai teknik purposive sampling yaitu teknik
perusahaan pada grey area atau daerah penentuan sampel dengan pertimbangan
kelabu (Muslich, 2000). hal-hal tertentu. Arikunto (2006)
menjeleskan bahwa purposive sampling
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka maka adalah teknik mengambil sampel dengan
model teori yang digunakan dalam tidak berdasarkan random, daerah atau
penelitian ini, diilustrasikan dalam Gambar strata, melainkan berdasarkan atas adanya
1 berikut ini: pertimbangan yang berfokus pada tujuan
tertentu. Adapun kriteria pengambilan
Laporan Keuangan Perusahaan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
Analisis Financial Distress berikut:
Multivariate Univariate 1. Sampel penelitian adalah
Analisis Deskriminan (Z-Score) perusahaan farmasi yang sudah go
Z-Score
public dan terdaftar di Bursa Efek
Original Indonesia hingga tahun 2015
WA/TA RE/TA EBIT/TA MVE/BVT S/TA 2. Perusahaan farmasi yang
Nilai Z-Score
menerbitkan laporan keuangan
lengkap berisi neraca, laporan laba
Kesimpulan
rugi dan laporan arus kas pada
Financial Distress Grey Zones Safe Zones
periode yang berakhir 31 Desember
tahun 2013 hingga 2015.
Gambar 1. Model Teori
Table 1. Sampel Penelitian
3. METODE N Kode
Nama Perusahaan
Tanggal
o Saham Pendaftaran
Jenis Penelitian 1 DVLA
Darya Varia Laboratoria 11 Nopember
Tbk 1994
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif 17 April
2 INAF Indofarma Tbk
dengan menggunakan analisis statistik 2001
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan Industri Jamu dan Farmasi 18 Desember
3 SIDO
Sido Muncul Tbk 2013
untuk mengetahui dan menjelaskan 4 KLBF Kalbe Farma Tbk 30 Juli 1991
karakteristik variabel yang diteliti dalam 5 KAEF Kimia Farma Tbk 04 Juli 2001
suatu situasi. Tujuan penelitian deskriptif 6 MERK Merck Indonesia Tbk 23 Juli 1981
adalah memberikan kepada peneliti sebuah Merck Sharp Dohme
7 SCPI 08 Juni 1990
Pharma Tbk
riwayat atau untuk menggambarkan aspek- 16 Oktober
8 PYFA Pyridam Farma Tbk
aspek yang relevan dengan fenomena 2001
perhatian dari perspektif seseorang, 9 SQBB
Taisho Pharmaceutical 29 Maret
Indonesia Tbk 1983
organisasi, orientasi industri, atau lainnya 1 17 Januari
yang kemudian penelitian ini membantu 0
TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
1994
peneliti untuk memberikan gagasan untuk Sumber: www.idx.co.id
61 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Metode Pengumpulan Data Setelah perhitungan Z-score dengan rasio-
rasio keuangan yang dimasukan pada suatu
Penelitian ini menggunakan jenis data
persamaan diskriminan dilakukan maka
sekunder. Sumber data sekunder yang
akan menghasilkan skore tertentu. Angka
diambil berupa laporan keuangan
ini memiliki penjelasan atau interpretasi
perusahaan farmasi pada periode tahun
tertentu. Dalam model ini, perusahaan yang
2013 – 2015. Data laporan keuangan
memiliki score Z > 2,99 diklasifikasikan
tahunan perusahaan farmasi diambil dari
sebagai perusahaan sehat, sedangkan
Bursa Efek Indonesia melalui web
perusahaan yang mempunyai score Z < 1,81
www.idx.co.id. Study pustaka (Library
diklasifikasikan sebagai perusahaan
Research) juga dilakukan dengan cara
potensial bangkrut. Selanjutnya skore 1,81
mempelajari serta mengkaji sumber bacaan
sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai
yang berupa buku pustaka, artikel yang
perusahaan pada grey area atau daerah
berkaitan tentang objek yang diteliti, jurnal
penelitian, penelitian terdahulu dan sumber kelabu (Muslich, 2000)
lainnya yang berkaitan dengan objek yang 2. Variabel Dependen
diteliti.
Variabel dependen atau variabel terikat
Variabel Penelitian adalah faktor-faktor yang diobservasi
menentukan adanya pengaruh variabel
Menurut Sugiyoni (2012) variabel bebas yaitu faktor muncul atau tidak
penelitian adalah suatu atribut atau sifat munculnya yang di tentukan oleh peneliti.
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan Variabel dependen atau variabel terikat dari
yang mempunyai variansi tertentu yang penelitian ini yaitu kondisi perusahaan yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehat atau mengalami financial distress dari
kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam hasil penilaian Z-Score. Altman
penelitian ini penulis membagi variabel menyatakan bahwa jika perusahaan
menjadi dua jenis berdasrkan hubungan memiliki indeks kebangkrutan 2,99 atau
antara variabel satu dengan yang lain: lebih maka perusahaan tidak termasuk
perusahaan yang dikategorikan akan
1. Variabel Independen
mengalami kebangkrutan. Sedangkan
Variabel Independen atau variable bebas perusahaan yang memiliki indeks
merupakan variabel yang mempengaruhi kebangkrutan 1,81 atau kurang maka
faktor-faktor yang diukur oleh peneliti perusahaan masuk dalam kategori financial
untuk menentukan hubungan antara distress.
fenomena yang diamati. Variabel bebas
adalah variabel yang dapat mempengaruhi
timbulnya variabel terikat atau dependent. Metode Analisis
Dalam penelitian ini yang merupakan Penelitian ini dilakukan dengan
variabel independen yaitu rasio keuangan menggunakan metode analisis laporan
dengan metode Altman Z-Score. Rasio- keuangan dengan analisis diskriminan
rasio tersebut yaitu: WCTA(Working Altman Z-score bardasarkan data laporan
Capital to Total Assets), RETA(Retained keuangan yang diperoleh dari website
Earning to Total Assets), EBITTA(Earning Bursa Efek Indonesia
Before Interest and Taxes to Total Assets), (http://www.idx.co.id) yang akan
MVEBL(Market Value of Equity to Book digunakan untuk mengukur kinerja
Value of Total Debt) dan STA(Sales to keuangan perusahaan. Persamaan yang
Total Assets). digunakan dengan model Altman
diformulasikan sebagai berikut
62 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Z = 1,2 (WCTA) + 1,4 (RETA) + 3,3 Tabel 2. Hasil Perhitungan Z-Score PT
(EBITTA) + 0,6 (MVEBVL) + 1 (STA) Darya Varia Laboratoria Tahun 2013-
2015
Perhitungan pesamaan ini menggunakan
R Dari Dari
lima rasio variable yaitu: A 2013 2014
1. Modal kerja terhadap total harta 2013 2014 2015
TI ke ke
(Working Capital to Total Assets) O 2014 2015
2. Laba yang ditahan terhadap total 0, 0,
harta (Retained Earnings to Total X1
0,68
0,594 0,543 ↘
0
↘
0
Assets) 9 9 5
5 1
3. Pendapatan sebelum pajak dan
0, 0,
bunga terhadap total harta 0,46 0 0
(Earnings Before Interest and Taxes X2 0,494 0,467 ↗ ↘
5 2 2
to Total Assets) 9 7
4. Nilai buku ekuitas terhadap nilai 0, 0,
buku dari hutang (Book Value 0,14 0 0
X3 0,086 0,105 ↘ ↗
7 6 1
Equity to Book Value of Total Debt) 1 9
5. Penjualan terhadap total harta 0, 0,
(Sales to Total Assets) 0,94 0 2
X4 0,953 0,695 ↗ ↘
7 0 5
Perhitungan menggunakan persamaan ini 6 8
0, 0,
dapat dilakukan untuk menganalisis 0,92 4 0
perusahaan yang sudah go public maupun X5 0,472 0,492 ↘ ↗
2 5 2
perusahaan yang belum go public. 0 0
Z- Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) +
4. HASIL PENELITIAN Sc 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1
or (X5)
Hasil perhitungan Z-Score pada 10 e 3,45 2,73 2,56
perusahaan yang menjadi sampel penelitian Gre
Ka
diuraikan berikut ini. Safe Grey y
teg
Zones Zones Zon
ori
es
1. PT Darya Varia Laboratoria Tbk
Sumber: data diolah
Tabel 2 menggambarkan hasil perhitungan
Z-Score PT Darya Varia Laboratoria untuk Penurunan nilai Z pada tahun 2014 juga
tahun 2013 sampai dengan 2015. Hasil disertai adanya peningkatan pada X2 dan
perhitungan analisis Z-Score pada tahun X4 yang menunjukkan bahwa perusahaan
2013 PT Darya Varia Laboratoria semakin baik dalam menghasilkan laba
mempunyai nilai Z sebesar 3,45 yang ditahan dari total aktiva yang
termasuk dalam safe zones, pada tahun menggambarkan bahwa umur perusahaan
2014 perusahaan berada dalam status grey sudah lama dan menujukan kemampuan
zones ,terjadi penurunan menjadi 2,73. perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
Penurunan yang paling dominan adalah X5 kewajiban dari nilai pasar modal sendiri.
hal ini mencerminkan efisiensi manajemen Tahun 2015 nilai Z kembali turun menjadi
dalam menggunakan keseluruhan aktiva 2,56 tetapi posisi perusahaan masih dalam
perusahaan untuk menghasilkan penjualan grey zones. Variabel yang dominan dalam
penurunan ini yaitu X4, yang menunjukkan
dan mendapatkan laba tidak efektif.
bahwa tidak efektifnya kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
dari nilai pasar modal sendiri. Yang perlu
63 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
dipertimbangkan lagi adalah penurunan peningkatan, hal ini membuktikan bahwa
variabel X1 baik pada tahun 2013 maupun perusahaan berusaha secara maksimal
2014 mengalami penurunan yang tinggi untuk mengelola seluruh elemen
menandakan bahwa kondisi likuiditas yang keuangannya sehingga dapat berfungsi
semakin buruk karena modal kerjanya lebih baik namun perusahaan tetap masih
menyusut secara relatif terhadap total dalam kondisi rawan. Pada tahun 2015
aktivanya. perusahaan kembali mengalami posisi
distress dengan penurunan nilai Z menjadi
1,65. Penurunan yang mendominasi adalah
2. PT Indofarma Tbk penurunan pada variabel X4 yang
Tabel 3 menggambarkan hasil menunjukkan perusahaan tidak dengan
perhitungan Z-Score PT Indofarma Tbk efektif dalam memenuhi kewajiban-
untuk tahun 2013 sampai dengan 2015. kewajibannya. Sedangkan yang mengalami
Tabel 3. Hasil Perhitungan Z-Score PT peningkatan dari tahun sebelumnya adalah
Indofarma Tahun 2013-2015 variabel X3 yang menujukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari
Dari Dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
RA
2013 2014
TI 2013 2014 2015
ke ke bunga dan pajak.
O
2014 2015
0,
X1 0.144 0, 00 3. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
0,116 0,146 ↗ 03 ↘ 2 Muncul Tbk
0, 0,
X2 03 02 Tabel 4 menggambarkan hasil
0,128 0,162 0,135 ↗ 4 ↘ 7 perhitungan Z-Score PT Industri Jamu
0, 0,
X3 04 00
dan Farmasi Sido Muncul Tbk untuk
-0,041 0,006 0,009 ↗ 7 ↗ 3 tahun 2013 sampai dengan 2015.
0, 0,
X4 03 13 Tabel 4. Hasil Perhitungan Z-Score PT
0,433 0,468 0,329 ↗ 5 ↘ 9 Industri Jamu dan Farmasi Sido
0, 0, Muncul Tahun 2013-2015
X5 23 04
0,872 1,105 1,058 ↗ 3 ↘ 7
R Dari Dari
Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) +
Z- A 2013 2014
3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1 2013 2014 2015
Sco TI ke ke
(X5)
re O 2014 2015
1,32 1,81 1,65
X 0,69 0,59 0,54 0,09 0,0
Kat Grey ↘ ↘
1 1 5 5 6 5
ego Distres Zone Distres
X 0,14 0,15 0,18 0,01 0,0
ri s Zones s s Zones ↗ ↗
2 2 3 3 1 3
Sumber: data diolah X 0,19 0,19 0,20 0,00 0,0
↘ ↗
3 7 5 0 2 05
Hasil perhitungan analisis Z-Score di atas X 4,38 7,68 7,58 3,30 0,1
↗ ↘
dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 PT 4 8 9 4 1 05
X 0,80 0,77 0,79 0,02 0,0
Indofarma mempunyai nilai Z sebesar 1,32 ↘ ↗
5 3 9 3 4 14
yang artinya perusahaan berada pada Z- Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2)
kategori bangkrut atau Distress Zones. Sc + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) +
or 1 (X5)
Namun pada tahun 2014 perusahaan
e 5,11 6,96 6,91
berhasil keluar dari Distress Zones dan
Ka
posisi perusahaan berada dalam Grey Zones te
Safe Safe Safe
dengan nilai Z yaitu 1,81. Penyebab Zone Zone Zone
go
s s s
perusahaan dapat keluar dari grey zones ri
adalah semua variabel X mengalami Sumber: data diolah
64 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa 0,0 0,0
X5
1,414 1,396 1,306 ↘ 18 ↘ 90
selama tiga tahun berturut-turut perusahaan Z-
PT Sido Muncul tetap berada dalam posisi Scor
Safe Zones. Peningkatan nilai Z dari tahun e 3,72 3,79 3,65
Kate Safe Safe Safe
2013 kepada tahun 2014 diikuti dengan gori Zones Zones Zones
meningkatnya nilai variabel X2 dan X4 Sumber: data diolah
yang menunjukkan bahwa PT Sido Muncul
secara efektif dapat menghasilkan laba Sama dengan PT Sido Muncul, selama tiga
ditahan dari total aktiva lebih baik karena tahun berturut-turut PT Kalbe Farma juga
perusahaan memilik umur yang telah lama berada pada Safe Zones. Peningkatan yang
berdiri sehingga dapat dengan baik dialami PT Kalbe Farma pada tahun 2014
mengelola laba ditahan dan menujukan dikarenakan adanya peningkatan variabel
kemampuan perusahaan dalam memenuhi dan yang mendominasi peningkatan adalah
kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal variabel X2 berarti perusahaan berhasil
sendiri. Sedangkan variabel X1, X3 dan X5 mengelola laba sehingga laba ditahan dari
mengalami penurunan pada tahun 2014. total aktiva dapat terkumpul. Pada variabel
Pada tahun 2015 PT Sido Muncul X3 dan X5 mengalami penurunan yang
mengalami penurunan nilai Z menjadi 6,91 menunjukkan kemampuan perusahaan
namun tetap berada dalam kondisi Safe dalam mengelola laba menurun dan
Zones. Penurunan ini disebabkan oleh mencerminkan efisiensi manajemen dalam
variabel X1, dan X4 yang mengalami menggunakan keseluruhan aktiva
penurunan, namun penurunan yang perusahaan untuk menghasilkan penjualan
mendominasi adalah pada X4 yang pada dan mendapatkan laba. Penurunan yang
tahun sebelumnya sempat mengalami dialami PT Kalbe Farma pada tahun 2015
peningkatan namun pada tahun 2015 diikuti dengan penurunan X3, X4, X5, yang
mengalami penurunan yang cukup besar, kembali mendominasi penurunan nilai ini
hal ini menunjukkan bahwa pada tahun adalah variabel X5 hal ini menunjukkan
2015 perusahaan kurang efektif dalam perusahaan masih belum secara efisien
memenuhi kewajiban-kewajibannya. mampu mengelola aktiva sehingga dapat
menghasilkan penjualan dan laba yang
meningkat. Namun terdapat dua variabel
4. PT Kalbe Farma Tbk yang meningkat pada tahun 2015 yaitu
variabel X1 dan X2 yang membuktikan
Tabel 5 berikut ini menggambarkan hasil
peningkatan kemampuan perusahaan dalam
perhitungan Z-Score PT Kalbe Farma Tbk
menghasilkan modal bersih dan laba dari
untuk tahun 2013 sampai dengan 2015
keseluruhan aktiva.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Z-Score PT
Kalbe Farma Tahun 2013-2015
5. PT Kimia Farma Tbk
Dari Dari
RA 2013 2014
Tabel 6 berikut ini menggambarkan hasil
2013 2014 2015 perhitungan Z-Score PT Kimia Farma Tbk
TIO ke ke
2014 2015 untuk tahun 2013 sampai dengan 2015. PT
X1
↗ 0,0 0,0 Kimia Farma selama tahun 2013 sampai
0,429 0,461 0,466 32 ↗ 05 2014 berhasil tetap berada pada posisi sehat
0,0 0,0
X2
0,674 0,715 0,731 ↗ 41 ↗ 16
atau safe zones dengan nilai Z yaitu 3,51
0,0 ↘ 0,0 ditahun 2013 dan 3,14 ditahun 2014 namun
X3
0,227 0,222 0,199 ↘ 05 23 pada tahun 2015 mulai menurun menjadi
0,0 0,0 grey zones dengan nilai Z yaitu 2,62. Pada
X4
0,165 0,175 0,170 ↗ 10 ↘ 05
tahun 2014 penurunan terjadi karena
65 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
hampir seluruh variabel mengalami mengoptimalkan volume penjualannya
penurunan yaitu variabel X1, X3, X4, dan untuk menghasilkan laba.
X5 hanya variabel X2 yang mengalami
peningkatan, variabel yang mendominasi
penurunan adalah variabel X5 yaitu 6. PT Merch Sharp Dohme Tbk
menggambarkan perusahaan yang tidak
Tabel 7 berikut ini menggambarkan hasil
efisien dalam menggunakan keseluruhan
perhitungan Z-Score PT Merch Sharp
aktiva perusahaan untuk menghasilkan
Dohme Tbk untuk tahun 2013 sampai
penjualan dan mendapatkan laba.
dengan 2015.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Z-Score PT
Tabel 7. Hasil Perhitungan Z-Score PT
Kimia Farma Tahun 2013-2015
Merck Sharp Dohme Tahun 2013-2015
Dari Dari
Dari Dari
RA 2013 2014 RA 2013 2014
2013 2014 2015 2013 2014 2015
TIO ke ke TIO ke ke
2014 2015 2014 2015
0, 0, 0,
X1 06 04 2
X1 0,
0,423 0,360 0,313 ↘ 3 ↘ 7 9
03
0, 0, 0,432 0,471 0,180 ↗ 9 ↘ 1
X2 00 36 0,
0,409 0,413 0,045 ↗ 4 ↘ 8 0
X2
0, 0, 2
X3 00 00 - - 0,022 ↘ 0 ↗ 2
0,113 0,112 0,106 ↘ 1 ↘ 6 0,
0, 0, - 1
X3 0,
X4 11 11 8
04
0,545 0,430 0,545 ↘ 5 ↗ 5 -0,009 -0,053 0,131 ↘ 4 ↗ 4
0, 0, -
X5 22 00 0,
X4
00
1,729 1,501 1,502 ↘ 8 ↗ 1 0,005 0,003 0,003 ↘ 2 = 0
Z-
Scor
0,
e 3,51 3,14 2,62 7
X5 0,
Kate Safe Safe Grey
18 6
gori Zones Zones Zone 6
0,545 0,73 1,496 ↗ 5 ↗
Sumber: data diolah Z-
Sco
Untuk tahun 2015 variabel X2 re 1,04 1,12 2,18
mendominasi penurunan nilai Z pada tahun Kat Grey
ego Distres Distres Zone
2015 yaitu menggambarkan kemampuan ri s Zones s Zones s
perusahaan dalam menghasilkan laba Sumber: data diolah
ditahan, hal ini termasuk hal yang wajar
bila dilihat dari umur perusahaan berdiri PT Merch Sharp Dohme selama 2 tahun
yang baru melakukan go public ditahun berturut-turut dalam kondisi distress, hal ini
2001. Namun variabel X4 dan X5 tentu sangat membahayakan perusahaan,
meningkat pada tahun ini artinya namun demikian terjadi peningkatan pada
perusahaan telah dengan baik mengelola nilai Z-Score tahun 2014. Hal ini
kewajiban-kewajiban usahanya dan dikarenakan nilai X1 dan X5 yang
menggambarkan modal kerja bersih dari
66 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
keseluruhan aktiva telah berjalan secara Kate Safe Safe Safe
gori Zones Zones Zones
efisien dan perusahaan berhasil
Sumber: data diolah
menghasilkan volume bisnis yang cukup
dibandingkan investasi dalam total PT Merch selama tiga tahun berturut-turut
aktivanya, tetapi terjadi penurunan pada berada dalam posisi safe zone. Pada tahun
X2, X3 dan X4, penurunan tertinggi adalah 2013 dengan nilai Z-Score yaitu 3,85
pada nilai X2 yang menandakan bahwa dengan peningkatan seluruh variabel pada
pengadaan laba ditahan sebagai sumber tahun 2014 maka nilai Z-Score meningkat
dana pengadaan aktiva kurang baik, ini menjadi 3,99. Variabel X5 adalah variabel
mengindikasikan bahwa perusahaan sedang yang mengalami peningkatan yang
mengalami kerugian. Sedangkan ditahun mendominasi artinya perusahaan
2015 perusahaan berhasil keluar dari zona mengalami peningkatan penjualan dan
kebangkrutan karena hampir semua perusahaan berhasil meningkatkan volume
variabel X mengalami peningkatan bisnis yang cukup dibandingkan investasi
sedangkan variabel X4 memiliki nilai tetap dalam total aktivanya. Peningkatan nilai Z-
dan berhasil meningkatkan nilai Z menjadi Score juga terjadi pada tahun 2015 namun
2,18 untuk masuk dalam grey zones. hanya variabel X3 saja yang mengalami
Variabel yang mendominasi peningkatan peningkatan dan hal ini menandakan bawa
adalah variabel X5 yang menggambarkan perusahaan berhasil meningkatkan kinerja
perusahaan telah secara optimal melakukan perusahaan untuk menghasilkan laba Rasio
peningkatan volume penjualan. ini merupakan rasio yang dianggap paling
berpengaruh dalam menilai kondisi
keuangan perusahaan.
7. PT Merck Tbk
67 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Tabel 9. Hasil Perhitungan Z-Score PT Tabel 10. Hasil Perhitungan Z-Score
Pyridam Farma Tahun 2013-2015 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tahun 2013-2015
Dari Dari
RA 2013 2014 Dari Dari
2013 2014 2015
TIO ke ke RA 2013 2014
2014 2013 2014 2015
TIO ke ke
2015 2014 2015
0,
-
X1
0,0 ↗ 05 X1 0,0 0,0
0,150 0,174 0,226 ↗ 24 2 0,624 0,627 0,567 ↗ 03 ↘ 6
0, -
X2 0,0 0,0
X2
0,0 04 0,617 0,625 0,575 ↗ 08 ↘ 5
0,220 0,241 0,285 ↗ 21 ↗ 4 -
- X3 0,0 0,3
0,474 0,489 0,131 ↗ 15 ↘ 58
X3
0, - -
-
0,0 00 X4 0,0 0,0
0,049 0,030 0,028 ↘ 19 ↘ 2 0,013 0,011 0,009 ↘ 02 ↘ 02
0,0 0,0
0, X5
1,012 1,105 1,109 ↗ 93 ↗ 04
X4
0,0 20 Z-
0,659 0,709 0,911 ↗ 50 ↗ 2 Scor
e 4,20 4,35 4,01
0, Kate Safe Safe Safe
X5
0,1 07 gori Zones Zones Zones
1,100 1,288 1,362 ↗ 88 ↗ 4 Sumber: data diolah
Z-
Scor PT Taisho Pharmaceutical Indonesia
e 2,14 2,36 2,67
Kate Grey Grey Grey
berhasil menduduku safe zones selam tiga
gori Zones Zones Zones tahun berturut-turut dengan nilai Z yaitu
Sumber: data diolah 4,20 ditahun 2013, 4,35 ditahun 2014 dan
4,01 ditahun 2015. Terjadi peningkatan dari
Pada tahun 2015 nilai Z-Score terus tahun 2013 ke tahun 2014 yang diikuti
meningkat menjadi 2,67 bila perusahaan dengan peningkatan nilai variabel X1, X2,
bisa terus memperbaiki kinerjanya dan X3 dan X5, dengan variabel X5 yang
terus meningkatkan nilai perusahaan maka mendominasi peningkatan yang menandai
tahun-tahun yang akan datang ada penjualan pada tahun tersebut meningkat.
kemungkinan perusahaan bisa berada Namun ada penurunan ditahun 2015
dalam safe zones. Perusahaan harus dengan nilai Z-Score yaitu 4,01. Pada tahun
meningkatkan kemampuan mengolah hasil 2015 keadaan perusahaan berbalik dengan
laba terhadap aktiva agar pada tahun penurunan variabel X1, X2, X3, X4 dan
berikutnya dapat keluar dari grey zones. variabel yang mendominasi penurunan
adalah variabel X3 yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mengolah
9. PT Taisho Pharmaceutical
laba pada aktiva.
Indonesia
10. PT Tempo San Pacific
Tabel 10 berikut ini menggambarkan hasil
perhitungan Z-Score PT Taisho Tabel 11 berikut ini menggambarkan hasil
Pharmaceutical Tbk untuk tahun 2013 perhitungan Z-Score PT Tempo San Pasific
sampai dengan 2015. Tbk untuk tahun 2013 sampai dengan 2015.
68 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Tabel 11. Hasil Perhitungan Z-Score produk yang berpengaruh pada peningkatan
PT Tempo Scan Pacific Tahun 2013- penjualan. Untuk tahun 2015 variabel X
2015 yang mempengaruhi peningkatan yaitu
variabel X1,X2 dan X5.Dengan variabel
Dari Dari
dominan yang masih sama dari tahun
RA 2013 2014
TIO
2013 2014 2015
ke sebelumnya yaitu X5.
ke
2014
2015 5. PEMBAHASAN
0,
0 0, Hasil analisis terhadap 10 perusahaan
X1
4 0 farmasi yang diteliti menunjukkan bahwa
0,488 0,442 0,482 ↘ 6 ↗ 4 sebagian perusahaan dalam kondisi grey,
0, 0, artinya perusahaan perlu mengantisipasi
0 0 adanya potensi kebangkrutan dengan
X2 meningkatkan kinerja keuangannya agar
1 7
0,577 0,596 0,667 ↗ 9 ↗ 1 perusahaan berada dalam kondisi yang
0, 0, aman (safe). Tidak sedikit pula dari sampel
0 0 penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
X3 dalam kondisi safe sehingga perusahaan
2 0
0,153 0,132 0,131 ↘ 1 ↘ 1 harus berusaha tetap mempertahankan
0, 0, keadaannya agar tidak masuk dalam grey
0 0 zones ataupun distress zones.
X4
0 3
Dari hasil penelitian hanya ada satu
0,142 0,147 0,116 ↗ 5 ↘ 1
perusahaan yang berada dalam kondisi
0, 0,
Distres Zones, perusahaan yang mengalami
0 1
X5 financial distress ini adalah PT Merck
7 7
Sharp Dohme Tbk yang selama dua tahun
1,265 1,339 1,510 ↗ 4 ↗ 1
Z-
berada dalam posisis distres namun pada
Scor tahun ketiga berhasil meningkatkan posisi
e 3,25 3,23 3,52 perusahaannya menjadi grey zones. Artinya
Kate Safe Safe Safe
gori Zones Zones Zones
selama dua tahun mengalami kesulitan
Sumber: data diolah keuangan, perusahaan terus
memaksimalkan kinerjanya sehingga pada
Selama tiga tahun berturut-turut perusahaan tahun ketiga berhasil keluar dari zona
mengalami posisi Safe Zones dengan nilai kebangkrutan. Namun perusahaan masih
Z ditahun 2013 yaitu 3,25, tahun 2014 yaitu harus terus berusaha lebih agar perusahaan
3,23 dan ditahun 2015 yaitu 3,52. Dapat benar-benar dinyatakan aman (safe) atau
dilihat penurunan dari tahun 2013 ke tahun sehat.
2014 namun ada peningkatan pada tahun
2015. Variabel yang mempengaruhi Hasil penelitian juga mengindikasikan
penurunan tahun 2014 adalah X1 dan X3 terdapat lima perusahaan yang selama tiga
yang menandakan perusahaan kurang tahun berturut-turut berhasil
efisien dalam menghasilkan modal kerja mempertahankan nilai perusahaannya
bersih dari keseluruhan aktiva serta kurang untuk tetap berada dalam kondisi sehat
efisien dalam mengelola laba sebelum (safe zones). Kelima perusahaan tersebut
pembayaran pada dan bunga. Sedangkan adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
Variabel yang meningkat adalah variabel Muncul Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT
X2, X4 dan X5. Dengan variabel X5, Merck Tbk, PT Taisho Pharmaceutical
adanya peningkatan jumlah permintaan Indonesia Tbk dan PT Tempo Scan Pacific
69 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Tbk. Dari kelima perusahaan yang berada penurunan yang konsisten dari tahun 2013-
dalam kondisi sehat selama tiga tahun ini, 2015, dan ada juga yang tetap dari tahun
perusahaan dengan nilai Z-Score tertinggi 2013-2015.
adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk. Perusahaan ini bertahan Adapun penelitian memiliki keterbatasan
secara konsisten selama tiga tahun berturut- terkait periode penelitian untuk sampel
turut tetap memiliki nilai Z tertinggi perusahaan yaitu tiga periode yaitu 2013-
dibandingkan perusahaan lainnya. 2015 serta sampel dalam penelitian ini
hanya mengambil perusahaan farmasi
Variabel yang paling banyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
mempengaruhi terjadinya penurunan nilai (BEI). Penelitian yang akan datang
Z-Score adalah variabel X1 dan X4 dimana disarankan untuk menambah periode
kemampuan likuiditas dan solvabilitas penelitian dan dikembangkan pada
perusahaan banyak yang menurun. perusahaan farmasi baik yang go public
Perusahaan harus lebih meningkatkan maupun yang belum agar dapat
modal kerja yang dimiliki serta modal menggambarkan kondisi industri farmasi
saham untuk menanggung beban hutang yang ada di Indonesia. Penelitian
perusahaan. selanjutnya dapat pula dikembangkan
dengan menggunakan metode lain sebagai
Sepuluh perusahaan farmasi yang diteliti pembanding hasil prediksi kebangkrutan.
merupakan perusahaan dalam ukuran besar
karena memiliki total asset lebih dari 100
milyar rupiah, namun jumlah asset yang DAFTAR PUSTAKA
banyak tidak menjamin perusahaan dalam Arini, Sopiyah dan Triyonowati. (2013).
kondisi aman (safe). Lamanya perusahaan Analisis Altman Z-Score Untuk
berdiri dan pengalaman perusahaan selama Memprediksi Kebangkrutan pada
bertahun-tahun yang mampu mejadikan Perusahaan Farmasi di Indonesia.
perusahaan lebih berkompeten karena Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu
memiliki pengalaman yang lebih banyak Ekonomi Indonesia.
dalam menangani masalah
perusahaan.Perusahaan dengan umur yang Bursa Efek Indonesia. www.idx.co.id
lama lebih baik dalam mengelola kinerja BPS. (2017). Proyeksi Penduduk menurut
keuangannya sehingga nilai Z-Score Provinsi, 2010-2035. Badan Pusat
perusahaan cenderung lebih tinggi jika
Statistik.
dibandingkan dengan perusahaan yang baru
berdiri https://www.bps.go.id/linkTabelSta
tis/view/id/1274. Diunduh pada 9
6. SIMPULAN DAN SARAN Maret 2017
Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi Dewi, Nur Fajrina. (2014). Model Prediksi
mengetahui hasil penilaian financial Financial Distress Untuk
distress pada perusahaan farmasi yang Mendeteksi Kebangkrutan Pada
sudah melakukan Go Public dengan Industri Perbankan.
menggunakan metode AltmanZ-Score. http://www.academia.edu/1129849
Setelah dilakukan perhitungan nilai Z- 9/BAB_II_Model_Prediksi_Financ
Score yang dihasilkan oleh 10 perusahaan ial_Distress_Untuk_Memprediksi_
farmasi yang terdapat pada sampel Potensi_Kebangkrutan_Pada_Indus
penelitian, terdapat perusahaan yang tri_Perbankan. Diunduh pada 27
mengalami peningkatan yang konsisten Juli 2016.
dari tahun 2013-2015, ada yang mengalami
70 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836
Ferbianasari, Hilda Nia. (2012). Analisis Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Penilaian Financial Distress Go Public di Indonesia Tahun 2008 sampai
Menggunakan Model Altman Z- dengan Tahun 2010. Semarang:
Score pada Perusahaan Kosmetik Universitas Diponegoro.
yang Tercatat di Bursa Efek Pryambodo, Bambang. (2014). Menjelang
Indonesia. Surabaya: Universitas AEC 2015, Sudah Siapkah Industri
Negeri Surabaya. Farmasi Kita.
Irfan, Mochamad dan Tri Yuniati. (2014). https://priyambodo1971.wordpress.
Analisis Financial Distress dengan com/2014/03/21/menjelang-aec-
Pendekatan Altman Z-Score untuk 2015-sudah-siapkah-industri-
Memprediksi Kebangkrutan farmasi-kita/. Diunduh pada 22 Juni
Perusahaan Telekomunikasi. 2016.
Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu IAI. (2012). Pernyataan Standar Akuntansi
Ekonomi Indonesia. Keuangan. Salemba. Jakarta.
Investor Daily. (2015). BPJS Dongkrak Riadi, Muchlisin.(2015). Definisi Metode
Pasar Farmasi Jadi Rp 69 Triliun. Altman Z-Score. http://www.kajian
http://kemenperin.go.id/artikel/10 pustaka.com/2013/03/metode-
433/BPJS-Dongkrak-Pasar-
altman-z-score.html?m=1. Diunduh
Farmasi-Jadi-Rp-69-T. Diunduh pada 27 Juli 2016.
pada 19 Juni 2016.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi
Marcelina, Pandu Dian. (2011). Analisis Penelitian untuk Bisnis, Buku 1,
Arus Kas dan Laba dalam Edisi 4. Salemba. Jakarta.
Memprediksi Finansial Distress
Perusahaan. Jember: Universitas Yuliastari, Etta Citrawati dan Made Gede
Jember. Wirakusuma. (2014). Analisis
Financial Distress dengan Metode
Nasution, Andini Putri. (2015). Pengaruh Z-Score Altman, Springate,
Likuiditas dan Profitabilitas Zmijewski. Bali: Universitas
Terhadap Finansial Distress pada Udayana.
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Zakiah, Farah. (2011). Analisis Rasio
Periode2010-2014. Palembang: Keuangan dalam Memprediksi Kondisi
Politeknik Negeri Sriwijaya. Financial
Distress Perusahaan.
Nugroho, Mokhamad Iqbal Dwi dan Wisnu http://farahzhaqia.blogspot.cp.id/20
Mawardi. (2012). Analisis Prediksi 11/03/analisisrasiokeuangandalam.
Financial html?m=1. Diunduh pada 27 Juli
Distress dengan Menggunakan 2016.
Model Altman Z-Score Modifikasi 1995
Studi Kasus
71 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis | Vol. 5 No. 1, July 2017, 55-71 | E-ISSN: 2548-9836