Thanks to visit codestin.com
Credit goes to www.scribd.com

0% found this document useful (0 votes)
76 views18 pages

Preserving Physical and Physiological Quality of COCOA SEEDS (Theobroma Cacao L.) DURING STORAGE With The Addition of Organic Acids

This document summarizes a study on preserving the physical and physiological quality of cocoa seeds (Theobroma cacao L.) during storage with the addition of organic acids. The study tested different concentrations of ascorbic acid and citric acid combined with fungicide on cocoa seeds stored for 15 days. The seeds were evaluated based on physical parameters like water content and microbial contamination, and physiological parameters like viability, vigor index, and germination rate. The results showed that 4% ascorbic acid maintained seed viability until day 15 while inhibiting fungal growth during storage without affecting seedling growth in the field.

Uploaded by

Icha
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
76 views18 pages

Preserving Physical and Physiological Quality of COCOA SEEDS (Theobroma Cacao L.) DURING STORAGE With The Addition of Organic Acids

This document summarizes a study on preserving the physical and physiological quality of cocoa seeds (Theobroma cacao L.) during storage with the addition of organic acids. The study tested different concentrations of ascorbic acid and citric acid combined with fungicide on cocoa seeds stored for 15 days. The seeds were evaluated based on physical parameters like water content and microbial contamination, and physiological parameters like viability, vigor index, and germination rate. The results showed that 4% ascorbic acid maintained seed viability until day 15 while inhibiting fungal growth during storage without affecting seedling growth in the field.

Uploaded by

Icha
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

PRESERVING PHYSICAL AND PHYSIOLOGICAL QUALITY OF

COCOA SEEDS (Theobroma cacao L.) DURING STORAGE


WITH THE ADDITION OF ORGANIC ACIDS
Kristya Widi Nugroho, Pudji Rahardjo, Wiwit Widiarti, Sulistyani Pancaningtyas

Abstract

Seeds is the most attractive planting material to date for farmers due to the low cost and
its ease to regenerated. Seed storage is an important factor that affected the provision and
distribution of planting material to the farmers. Cocoa seed is a recalcitrant seed that do not
have dormancy period, intolerant to desication, declining in humidity and temperature during
the seed storage. The major obstacle in the cocoa seeds storage is the presence of microbial
contamination (fungi) during the storage. The objective of this research is to obtain the most
suitable organic acids formulations for cocoa seeds based on physical and physiological
quality. Physical parameters are the measurement of water content and the percentage of
microbial contamination. Meanwhile, physiological parameters are Seeds Viability (DB),
Seeds Simultaneous Growth (KST), Seeds Vigour Index (IV), and Rapid Coefficient of
Germination (KKB). Further, the growth of seedlings performance measured by field
observation. Based on the results, it can be concluded that 4% ascorbic acid concentration can
maintain seed viability until fifteenth day and depressed the fungal growth during the storage,
without affecting the growth and development of seedlings in the field.

Keyword : cocoa seed, recalcitrant, ascorbic acid, citric acid, viability, vigour, cocoa
seedlings.
MEMPERTAHANKAN SIFAT FISIK DAN FISIOLOGIS BENIH
KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PENYIMPANAN
MELALUI PENAMBAHAN ASAM ORGANIK

Kristya Widi Nugroho, Pudji Rahardjo, Wiwit Widiarti, Sulistyani Pancaningtyas

Abstrak

Penggunaan bahan tanam yang berasal dari benih masih merupakan bahan tanam yang
paling diminati oleh petani karena kemudahannya untuk ditanam dan harganya yang relatif
lebih murah. Dalam penyediaan bahan tanam benih ini, proses penyimpanan merupakan salah
satu aspek yang penting untuk diperhatikan. Benih kakao merupakan benih rekalsitran yang
tidak toleran terhadap penurunan kelembaban dan suhu selama penyimpanan. Kendala utama
dalam penyimpanan benih kakao adalah adanya benih berkecambah dan kontaminasi mikroba
khususnya jamur selama penyimpanan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formulasi
asam organik yang paling sesuai untuk benih kakao dinilai dari mutu fisik dan fisiologis.
Parameter fisik berupa pengukuran kadar air dan pengamatan benih berjamur. Sedangkan,
parameter fisiologis berupa Daya Berkecambah (DB), Keserempakan Tumbuh (KST), Indeks
Vigor (IV), dan Koefisien Kecepatan Berkecambah (KKB). Selanjutnya dilakukan pengamatan
pertumbuhan bibit di lapangan. Luaran akhir dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui
jenis dan tingkat konsentrasi asam organik yang efektif untuk penyimpanan benih kakao.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi asam askorbat 4 % dapat
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan hingga hari ke 15 dan menekan
pertumbuhan jamur selama penyimpanan, akan tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bibit di lapangan.

Kata kunci : benih kakao, rekalsitran, asam askorbat, asam sitrat, viabilitas, vigor, bibit kakao.
Pendahuluan benih kakao adalah banyaknya benih berkecambah
karena tidak memiliki masa dormansi. Berkaitan
Dalam mendukung program rehabilitasi
dengan hal itu berbagai usaha untuk mencegah
dan peningkatan produktivitas tanaman kakao,
perkecambahan dalam penyimpanan telah
diperlukan suatu upaya dalam penyediaan bahan
dilakukan oleh peneliti untuk mempertahankan
tanam unggul untuk para petani kakao. Penggunaan
daya kecambah selama penyimpanan.
bahan tanam yang berasal dari benih masih
Penyimpanan dalam jangka waktu lama
merupakan bahan tanam yang paling diminati oleh
menyebabkan daya kecambah dan vigor benih
petani karena kemudahannya untuk ditanam dan
kakao menurun. Kadar air yang tinggi
harganya yang relatif lebih murah. Dalam
menyebabkan benih kakao mudah terserang jamur
penyediaan bahan tanam benih ini, proses
dan mikroorganisme yang lain. Benih kakao dapat
penyimpanan merupakan salah satu aspek yang
disimpan pada suhu 25-27 °C selama 6 hari dengan
penting untuk diperhatikan. Untuk mendapatkan
kadar air 18-20% dan kelembaban udara 55-75%.
benih yang baik, sebelum disimpan biji harus
Prosedur penyimpanan ini tidak efisien untuk
benar-benar masak di pohon dan sudah mencapai
penyimpanan benih kakao jangka panjang,
kematangan fisiologis, karena selama masa
sehingga diperlukan pengembangan metode
penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran
penyimpanan benih kakao dengan tujuan utama
dari viabilitas awal tersebut, yang tidak dapat
penanganan dan pengiriman embrio sampai ke area
dihentikan lajunya (Sutopo, 1988).
penanaman serta penyimpanan sumber materi
Menurut King dan Roberts dalam genetik kakao.
Anggraini (2000), berdasarkan kadar air, dan suhu,
Asam organik merupakan salah satu
ditinjau dari penyimpanannya benih dibedakan
antimikroba alami yang dapat digunakan sebagai
menjadi dua kelompok yaitu benih ortodok dan
alternatif disinfektan benih atau sebagai kombinasi
benih rekalsitran. Benih ortodok yaitu benih yang
perlakuan terhadap benih. Fungsi asam askorbat
dapat disimpan pada kadar air rendah sekitar 5%
pada tumbuhan berkaitan erat dengan reaksi redoks
dan suhu di bawah titik beku, pada kelembaban
yang terkait dengan molekul ini. Asam dengan
15% - 20% untuk periode simpan lama. Benih
cepat disintesis selama perkecambahan benih dan
rekalsitran yaitu benih yang dapat disimpan pada
selanjutnya akan dihasilkan/diproduksi pada area
kadar air tinggi (20% - 50%) dan suhu 20 oC – 30
o yang aktif mengalami pertumbuhan yang berperan
C pada kelembaban relatif 50% dan tidak dapat
dalam siklus hidup tanaman (Loewus, 1999).
disimpan pada waktu lama.

Asam sitrat seperti halnya asam askorbat


Benih kakao termasuk salah satu kelompok
benih rekalsitran, yang memerlukan penanganan dapat menetralisir oksigen radikal bebas. El-Saidy
and El-Hai (2011) menemukan bahwa asam sitrat
khusus dalam penyimpanannya karena sifat
sangat efektif untuk mengendalikan jamur,
fisiologis dari benih rekalsitran yaitu tidak toleran
meningkatkan perkecambahan benih serta
dengan penurunan kelembaban dan suhu selama
mengurangi laju kemunduran benih kacang dalam
penyimpanan. Kendala utama dalam penyimpanan
masa penyimpanan. Penelitian penyimpanan benih 1. K : Kontrol + 5% Fungisida.
kakao menggunakan asam organik adalah untuk
2. A1B1 : 2% Asam Askorbat + 5% Fungisida.
mendapatkan formulasi asam organik yang paling
sesuai untuk benih kakao dinilai dari mutu fisik dan 3. A1B2 : 4% Asam Askorbat + 5% Fungisida.
fisiologis, serta untuk mempelajari pengaruh
4. A2B1 : 2% Asam sitrat + 5% Fungisida.
formula asam organik terhadap daya simpan benih
kakao. 5. A2B2 : 4% Asam Sitrat + 5% Fungisida.

Metode Penelitian Benih yang disimpan ditutup rapat dan


dikemas dalam plastik polietilen (Mudjisihono et
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
al. 2001; Rahayu dan Widajati, 2007)
Pasca Panen Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang dengan
Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90, Jember,
suhu 25-30 oC dengan kelembaban 60-70 %.
berlangsung dari tanggal 5 April 2017 sampai
dengan 25 Mei 2017. Persiapan Benih Kakao
Bahan tanam yang digunakan adalah benih Bahan tanaman yang digunakan adalah
kakao, buah kakao dipanen pada saat sudah matang benih kakao, buah kakao dipanen pada saat sudah
secara fisiologis dan memiliki ukuran maksimal matang secara fisiologis dan memiliki ukuran
yang ditandai dengan perubahan warna kulit buah. maksimal yang ditandai dengan perubahan warna
Lamanya pemasakan buah tergantung jenis kakao kulit buah. Lamanya pemasakan buah tergantung
dan ketinggian tempat tumbuhnya. Buah yang jenis kakao dan ketinggian tempat tumbuhnya.
sudah dipanen, kemudian dikeluarkan bijinya, Buah yang sudah dipanen, kemudian dikeluarkan
dihilangkan pulpnya dan dicuci bersih. bijinya, dihilangkan pulpnya dan dicuci bersih.

Asam organik yang digunakan dalam Penyimpanan Benih


penelitian ini adalah asam sitrat dan asam askorbat
Benih kakao yang sudah diperlakukan
dengan konsentrasi masing-masing 2% dan 4 %.
disimpan dalam ruangan dengan suhu ruangan
Fungisida yang digunakan untuk perlakuan
selama 4 minggu.
berbahan aktif Mankozeb.

Percobaan disusun menggunakan Variabel Pengamatan

rancangan acak lengkap (RAL) faktorial terdiri, 1. Kadar Air (KA, %) benih, dihitung
dari 2 faktor yaitu jenis Asam Organik (asam berdasarkan bobot basah dengan rumus:
askorbat dan asam sitrat) dan faktor ke dua yaitu KA = (M2-M1) – (M3-M1) x 100%
konsentrasi asam organik (2% dan 4%) dengan 5 (M2-M1)
ulangan. Jumlah perlakuan 2 x 2 x 5 = 20
perlakuan, dengan setiap satuan percobaan M1 = bobot cawan kosong dan tutupnya (g)
menggunakan 25 butir benih.
M2 = bobot cawan, tutup dan benih (g) sebelum
dioven pada suhu 105 oC selama 17 jam
M3 = bobot cawan, tutup dan benih setelah dioven
(g) Hasil dan Pembahasan
Benih merupakan salah satu materi
2. Daya Berkecambah (DB, %), dihitung
perbanyakan tanaman kakao, sehingga diperlukan
berdasarkan persentase kecambah normal
upaya untuk menjaga benih tetap berkualitas baik
(KN) hitungan pertama (5 Hari Setelah
mulai saat pemanenan, penyimpanan hingga
Tanam) dan kedua/terakhir (7 HST) dengan
penanaman di lapangan. Tujuan utama
rumus :
penyimpanan benih adalah untuk menjaga
DB = (ΣKN hitungan I + Σ KN hitungan II) X
ketersediaan benih dalam menghadapi masa-masa
100%
sulit produksi. Oleh karena itu penyimpanan benih
Σ benih yang
diarahkan untuk dapat mempertahankan viabilitas
ditanam
benih selama mungkin dengan mengkondisikannya
pada penyimpanan yang tepat (Justice dan Bass,
3. Keserempakan Tumbuh (Kst. %), dihitung
2002). King dan Roberts (1980) menambahkan
berdasarkan persentase KN (kecambah
bahwa pada benih rekalsitran faktor yang
normal) pada 5 HST.
memperpendek daya simpan benih antara lain
4. Indeks Vigor (IV, %), dinilai berdasarkan
kontaminasi mikroba, benih berkecambah selama
persentase KN (kecambah normal) yang
penyimpanan, kerusakan benih akibat ekstraksi dan
muncul pada pengamatan hitungan pertama (3
pengeringan.
HST)
5. Koefisien Kecepatan Berkecambah (KKB), Telah dilakukan optimasi sebelumnya
dihitung dengan rumus mengenai konsentrasi asam organik yang akan
KKB = N1 + N2 + N3 + ...... Nn diperlakukan, dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan
T1 T2 T3 ....... Tn N= 8%. Diketahui bahwa konsentrasi lebih dari 4%
kecambah, T = waktu mempengaruhi mutu fisik dari benih kakao
tersebut. Perlakuan penambahan asam askorbat 4%
6. Pertumbuhan awal benih kakao diamati
dapat mempertahankan masa simpan benih kakao
dengan menanam benih kakao, penanaman
terbaik hingga 3 minggu dengan persentase benih
dilakukan tiap 5 HST selama satu bulan
tidak berjamur sekitar 94-95% dengan viabilitas
dengan parameter pengamatan :
60-80%. Sedangkan pada kontrol, persentase benih
a. Tinggi tanaman, pengamatan tinggi
berjamur mencapai 100% pada penyimpanan 3
tanaman diukur menggunakan alat
minggu. Pengamatan daya tumbuh benih dilakukan
penggaris dari ujung tunas sampai leher
dengan menggunakan metode pendederan pada bak
akar.
pasir.
b. Diameter batang.
Mutu Fisik Benih Kakao Selama Penyimpanan
c. Jumlah daun.
d. Bobot benih sebelum tanam. Kadar air benih merupakan salah satu
e. Biji Berjamur faktor internal yang mempengaruhi viabilitas benih
kakao selama penyimpanan. Masa simpan benih mencapai kondisi keseimbangan dengan
kakao dipengaruhi oleh karakteristik benih kakao lingkungannya (Sutopo, 2002). Kadar air benih
yang memiliki kadar air tinggi (20-50%), tidak meningkat cepat pada hari-hari pertama
tahan kekeringan, sensitif terhadap suhu rendah penyimpanan dan kemudian menurun pada
dan tidak memiliki masa dormansi (Budiarti et al., penyimpanan selanjutnya (Justice dan Bass, 2002).
1993). Pada benih rakalsitran, tidak ada mekanisme Saat kelembaban di dalam ruang penyimpanan
penghentian metabolisme atau dormansi setelah rendah, benih akan berusaha menyesuaikan dengan
dipanen sehingga metabolisme tetap aktif sehingga meningkatkan kelembaban udara di sekitarnya
benih kehilangan viabilitasnya. Kadar air dengan cara menguapkan uap air sehingga kadar air
merupakan faktor penting dalam mempertahankan benih menurun (Hayati et al., 2011). Hal ini terlihat
viabilitas dan vigor benih rekalsitran, karena air pada grafik yang menunjukkan penurunan kadar air
berperan dalam menjaga stabilitas membran dan benih pada hari ke-15 pada semua perlakuan dan
makromolekul (Halimursyadah, 2012). kontrol (Gambar 1).

38 Kadar air yang tinggi selama penyimpanan


36
dapat meningkatkan laju respirasi benih
Kadar Air (%)

34
32
30 (Kuswanto, 2003). Peningkatan laju respirasi akan
28
26 memacu proses oksidasi cadangan makanan dan
24
22 sintesis komponen protoplasma, yang disertai
20
5 hari 10 hari 15 hari akumulasi CO2 disekitar benih. Menurut Copeland
A1B1 27,3 31,04 31,2
dan Mc Donald (1995), benih rekalsitran
A1B2 30,44 32,44 31,06
A2B1 27 35,74 29,54 mempunyai masa hidup yang singkat dan sulit
A2B2 25,92 34,88 29,66 untuk disimpan dikarenakan kadar air yang tinggi
Kontrol 28,36 33,8 31,14
Lama Peyimpanan sehingga benih mudah terkontaminasi mikroba dan
lebih cepat mengalami kemunduran. Kadar air
Gambar 1. Kadar air benih selama penyimpanan yang tinggi pada benih kakao akan menyebabkan
benih kakao benih segera memulai aktifitas perkecambahannya
sehingga tidak dapat disimpan lama. Selain itu
Hasil pengamatan pada penyimpanan hari
kadar air yang tinggi menyebabkan pertumbuhan
ke-10 terjadi kenaikan kadar air pada semua
mikroba (Sulistyowati, 2000). Kontaminasi
perlakuan dan kontrol dibanding pada
mikroba selama penyimpanan dapat menyebabkan
penyimpanan hari ke-5 (Gambar 1). Peningkatan
penurunan mutu fisik dan fisiologis benih sehingga
kadar air tertinggi terjadi pada perlakuan A2B1 dari
dapat menurunkan viabilitas benih. Kontaminasi
27 % menjadi 35,74 %, sedangkan kenaikan
berupa cendawan/jamur dapat berada pada
terendah terjadi pada perlakuan A1B2 dari 30,44 %
permukaan benih maupun di dalam endosperma
menjadi 32,44 %. Peningkatan kadar air benih
benih. Salah satu upaya dalam mengatasinya
selama penyimpanan dapat disebabkan oleh sifat
adalah dengan menggunakan fungisida sebelum
benih yang higroskopis dan selalu berusaha
benih disimpan. Persentase pertumbuhan jamur
selama penyimpanan benih kakao dapat dilihat sitrat dan asam askorbat efektif mengendalikan
pada Gambar 2. jamur, meningkatkan perkecambahan biji dan
mengurangi kerusakan benih kacang tanah di
% Benih Berjamur

100
80 bawah kondisi penyimpanan karena dapat
60
40
20 menetralisir radikal oksigen yang berbahaya.
0
Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
A1B1 0 16,67 75
A1B2 1,33 10 70
A2B1 0 14,67 80,00
A2B2 1,33 16,00 72,00
Kontrol 0 27 85
Periode Penyimpanan

Gambar 2. Persentase Benih Berjamur selama


periode penyimpanan benih kakao

Berdasarkan grafik pada Gambar 2,


perlakuan penambahan asam organik dapat
menekan pertumbuhan mikroba berupa jamur
selama penyimpanan benih dibandingkan dengan
kontrol. Perlakuan penambahan asam askorbat
Gambar 3. Pengamatan persentase benih berjamur
pada konsentrasi 4% (A1B2) menunjukkan
pada saat penyimpanan hari ke-15. A.
persentase benih berjamur yang paling rendah yaitu
Kontrol, B. Perlakuan A1B1, C.
sebesar 70 % pada akhir masa simpan, sedangkan
Perlakuan A1B2, D. Perlakuan A2B1,
persentase tertinggi terjadi pada kontrol yaitu
E. Perlakuan A2B2
sebesar 85 %. Asam askorbat dan asam sitrat
merupakan asam organik yang bermanfaat dalam Penambahan Asam Askorbat (Gambar 3.B

penyimpanan benih karena memiliki sifat anti- dan C) pada penyimpanan benih kakao dapat

bakteri dan anti-jamur. Pada penelitian ini asam menekan pertumbuhan cendawan, dibandingkan

organik digunakan sebagai antioksidan untuk dengan kontrol (Gambar 3. A) dan penambahan

menjaga viabilitas benih. Pada benih rekalsitran Asam Sitrat (Gambar 3. D & E). Pengamatan

seperti tomat dan jeruk, asam organik dalam daging secara visual menunjukkan bahwa benih kakao

buah dapat memperpanjang masa simpan benih. disimpan hingga 15 hari menunjukkan konsentrasi

Seperti halnya tomat yang mengandung asam sitrat asam askorbat 4% lebih sedikit terserang jamur.

yang menjaga benih untuk tetap dalam kondisi Mutu Fisiologis Benih Kakao Setelah Perlakuan
dorman. Pada konsentrasi rendah asam sitrat Penyimpanan
berperan sebagai antioksidan dan dalam
Proses perkecambahan benih merupakan
konsentrasi tinggi berperan sebagai inhibitor
suatu rangkaian kompleks dari perubahan-
perkecambahan (Jones, 1963; Cotrufo, 1963). El-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Benih
Saidy dan El-Hai (2011) menyatakan bahwa asam
dapat berkecambah apabila dalam kondisi optimum
atau terbebas dari patogen yang berupa cendawan, salah satu syarat penting bagi berlangsungnya
bakteri dan serangga pengganggu. Secara ideal, proses perkecambahan benih.
semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
120
tinggi, sehingga apabila ditanam pada kondisi

Daya Berkecambah (%)


100
lapangan yang beraneka ragam atau kondisi sub- 80
optimum akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta 60
dapat berproduksi tinggi dengan kualitas baik. 40
20
Parameter fisiologis meliputi daya berkecambah
0
dan vigor benih. Kelangsungan daya hidup benih Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
Waktu Penyimpanan
(viabilitas) dapat ditunjukkan oleh daya kecambah A1B1 96 88 86
(germination capacity) dan kekuatan tumbuh benih A1B2 100 96 88
A2B1 96 76 57
(vigor). Vigor benih menunjukkan kemampuan A2B2 100 84 64
benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal Kontrol 96 96 78

meskipun keadaan biofisik lapangan sub-optimum


Gambar 4. Daya berkecambah benih kakao setelah
atau benih telah melalui penyimpanan dalam waktu
perlakuan penyimpanan pada beberapa
lama (Sutopo,1988). Vigor benih yang tinggi
perlakuan asam organik
dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama penyakit, memiliki Daya berkecambah benih kakao mengalami
pertumbuhan yang cepat dan merata serta mampu penurunan seiring dengan lamanya waktu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan penyimpanan untuk semua perlakuan dan kontrol
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan (Gambar 4). Perlakuan A1B2 memiliki daya
tumbuh yang sub-optimal. berkecambah tertinggi sebesar 88% dibandingkan

Viabilitas Benih Kakao dengan kontrol yaitu 78% pada penyimpanan hari
ke-15. Sedangkan daya kecambah terendah
Salah satu parameter pengujian viabilitas
terdapat pada perlakuan A2B1 sebesar 57% pada
benih kakao diukur berdasarkan daya berkecambah
penyimpanan hari ke-15. Benih yang memiliki
benih. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
kadar air tinggi cenderung memiliki daya
bekecambah selama penyimpanan yaitu mutu dan
kecambah yang tinggi (Rahayu, 2007). Hal tersebut
daya kecambah benih sebelum disimpan, kadar air,
karena benih selama disimpan dapat
kelembaban ruang penyimpanan, suhu tempat
mempertahankan cadangan makanan dan dapat
penyimpanan, hama dan penyakit di tempat
menekan perombakan karena respirasi, sehingga
penyimpanan, lama penyimpanan, dan kemasan
pada saat dikecambahkan memiliki energi yang
penyimpanan. Salah satu faktor yang
besar untuk cepat berkecambah.
mempengaruhi daya berkecambah pada benih
kakao yang merupakan benih rekalsitran adalah Benih yang baik adalah benih yang
kadar air benih, dimana selama penyimpanan akan memiliki kualitas fisik dan fisiologis yang baik.
mengalami peningkatan seiring waktu. Menurut Kualitas fisiologis ditunjukkan dengan viabilitas
Sutopo (2002) dan Murniati (2013) air merupakan dan vigor benih yang tinggi yaitu kemampuan
benih untuk berkecambah pada kondisi optimum Waktu Penyimpanan
dan sub optimum, serta tidak mengalami kebocoran
PERLAKUAN Hari ke- Hari ke- Hari ke-
membran. Kualitas fisik benih kakao ditunjukkan
5 10 15
dengan kondisi fisik benih yang masih baik (tidak
adanya kerusakan akibat proses ekstraksi), tidak Asam askorbat 2 % 96g 96g 80d
adanya serangan fungi dan serangga dan tidak
Asam askorbat 4 % 96g 96g 48b
terjadi nekrosis. Oleh karena itu, untuk menjaga
kualitas benih kakao agar tetap memiliki viabilitas Asam sitrat 2 % 96g 68c 30a

dan vigor benih yang tinggi, perlakuan perendaman Asam sitrat 4 % 92f 84e 68c
dalam asam organik dilakukan tidak lebih dari 10
Kontrol 92f 84e 80d
menit, untuk menghindari pecahnya kotiledon dan
infestasi dari jamur karena kadar air yang cukup Berdasarkan analisis sidik ragam, perlakuan
tinggi. asam sitrat pada hari ke-5 dan ke-10 menunjukkan nilai
indeks vigor yang berbeda nyata dibandingkan dengan
Indeks Vigor Benih
penyimpanan hari ke-15. Indeks vigor tertinggi
Vigor benih di dalam pertanaman akan diperoleh dari perlakuan asam askorbat 2% dan 4% (80
tercermin dari pertumbuhan benih melalui %), dan penurunan signifikan terjadi pada penyimpanan
kecepatan tumbuh benih dan keserempakan hari ke-15 dengan nilai terendah pada perlakuan A2B2

tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih adalah (asam sitrat 4%). Meskipun asam sitrat juga merupakan

persentase kecambah normal tiap satuan waktu asam organik yang merupakan antioksidan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman, akan tetapi
pengamatan. Untuk mengetahui perlakuan yang
konsentrasi asam sitrat 4% diduga bersifat toksik pada
dapat meningkatkan vigor dilakukan pengamatan
benih kakao sehingga menurunkan vigor benih kakao.
terhadap kecambah yang mampu muncul di atas
Pada penelitian ini, asam sitrat lebih berperan dalam
permukaan tanah dari sejumlah benih yang
mengatasi benih berjamur selama penyimpanan.
dikecambahkan (Saleh, 2004). Immawati et al.
Keserempakan Tumbuh Benih
(2013) menyatakan benih dengan viabilitas tinggi
akan menghasilkan nilai vigor yang tinggi pula, Menurut Pancaningtyas (2014), vigor benih
karena menggambarkan kemampuan tumbuh benih di dalam pertanaman akan tercermin dari
menjadi bibit. pertumbuhan benih melalui kecepatan tumbuh
benih dan keserempakan tumbuh benih.
Tabel 2. Indeks vigor benih setelah penyimpanan
Keserempakan tumbuh benih adalah kemampuan
pada beberapa perlakuan asam organik.
suatu lot benih untuk berkecambah serempak
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yng tidak sama pada setelah ditanam (Kartasapoetra, 2003). Pengujian
baris dan kolom menunjukkan berbeda nyata keserempakan tumbuh benih merupakan salah satu
dengan uji DMRT pada taraf 5%
uji vigor perkecambahan benih, yang memberikan
gambaran berapa persen benih yang mampu
berkecambah normal di lapangan pada kondisi parameter vigor, karena diketahui ada korelasi
optimum. antara kecepatan berkecambah dengan tinggi
rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor
120
Keseremapakan Tumbuh (%)

100 pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal


80 antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis,
60
sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 1988).
40
20
6

Koefisien Kecepatan Berkecambah


0
Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15 5

(jumlah kecambah/etmal)
Waktu Penyimpanan 4
A1B1 96 96 80 3
A1B2 100 100 80
2
A2B1 100 96 48
1
A2B2 96 68 30
Kontrol 96 84 68 0
Hari ke-5 Hari ke-10 Hari ke-15
Waktu Penyimpanan
Gambar 6. Keserempakan tumbuh benih kakao A1B1 5,18 4,54 2,93
setelah penyimpanan pada beberapa A1B2 5,28 4,75 3,93
A2B1 5 4,57 3,61
perlakuan asam organik A2B2 4,79 4,25 3,21
Kontrol 5,03 4,14 2,36
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
terjadi penurunan keserempakan tumbuh pada Gambar 7. Koefisien kecepatan berkecambah

semua perlakuan terhadap penyimpanan. Pada benih kakao per satuan waktu

perlakuan penyimpanan keserempakan tumbuh pengamatan setelah penyimpanan.

tertinggi terdapat pada perlakuan asam askorbat


Keofisien kecepatan berkecambah benih
(A1B2) sebesar 80 % dan terendah perlakuan asam
pada perlakuan A1B2 hingga hari ke-15
sitrat (A2B2) sebesar 30 %. Tinggi rendahnya
menunjukkan nilai yang tinggi yaitu sebesar 3,93
kecepatan tumbuh kecambah berhubungan dengan
dibandingkan dengan kontrol sebesar 2,36. Asam
tinggi rendahnya daya kecambah (Rahayu, et al.,
askorbat dengan konsentrasi 4% dianggap
2014). Sedangkan daya kecambah dipengaruhi
merupakan konsentrasi yang optimum untuk
oleh kadar air benih. Kadar air benih yang tinggi
diaplikasikan guna menjaga viabilitas dan vigor
dapat mempertahankan struktur sel benih kakao
benih. Asam akorbat pada perkecambahan benih
tetap baik, sehingga ketika ditanam benih akan
berperan sebagai antioksidan dalam meningkatkan
tumbuh dengan cepat (Tambunsaribu et al., 2017).
kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
Koefisien Kecepatan Berkecambah (KKB) kecambah normal setelah perlakuan pada kondisi
yang kurang menguntungkan (Ansari dan Sharif-
Pada umumnya uji vigor benih hanya
Zadeh, 2012), misalnya setelah penyimpanan.
sampai pada tahapan bibit, karena terlalu sulit dan
Behairy et al. (2012) menyatakan bahwa perlakuan
mahal untuk mengamati siklus hidup tanaman.
asam askorbat pada benih akan meningkatkan
Oleh karena itu, digunakan kaidah korelasi dengan
vigor benih. Benih yang mempunyai kecepatan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai
kecambah yang tinggi akan menghasilkan tanaman
Diameter Hipokotil
yang lebih tahan terhadap keadaan yang kurang 4,00
menguntungkan atau kondisi sub-optimum. Pada 3,50
3,00
benih apabila kecepatan berkecambahnya tinggi
2,50
maka daya kecambahnya tinggi, akan tetapi daya 2,00
kecambah yang tinggi belum tentu memiliki 1,50

kecepatan kecambahnya atau vigor benih yang 1,00


0,50
tinggi.
0,00
7 14 21 7 14 21 7 14 21
HST HST HST HST HST HST HST HST HST
Pertumbuhan bibit di lapangan pada beberapa
Penyimpanan 5 Penyimpanan Penyimpanan
periode penyimpanan hari 10 hari 15 hari
A1B1 3,12 3,18 3,34 2,97 3,05 3,05 2,65 2,71 2,88
Vigor kekuatan tumbuh benih merupakan A1B2 3,26 3,38 3,43 2,86 2,90 3,00 2,90 2,80 2,97
A2B1 3,00 3,15 3,19 2,88 2,96 3,10 2,55 2,72 2,80
kemampuan benih untuk berkecambah normal A2B2 3,04 3,18 3,15 2,80 2,90 2,92 2,49 2,84 2,90
Kontrol 3,07 2,93 3,32 2,71 2,87 2,99 2,62 2,89 2,93
dalam keadaan lapang sub-optimum atau
kemampuan benih untuk disimpan dalam kondisi Gambar 8. Rata-rata diameter hipokotil benih
simpan sub-optimum (Sadjad et al., 1999). Benih kakao pada beberapa periode simpan.
yang memiliki vigor kekuatan tumbuh yang tinggi
Perlakuan perendaman benih menggunakan
dapat menghasilkan bibit tanaman yang mampu
asam askorbat pada konsentrasi 4% (A1B2) dapat
tumbuh di lapangan meskipun lingkungan
meningkatkan vigor kekuatan tumbuh bibit kakao
tumbuhnya tidak optimum. Pengaruh perlakuan
pada hampir semua parameter pertumbuhan,
benih terhadap vigor kekuatan tumbuh ditunjukkan
dibandingkan dengan perlakuan asam sitrat dan
oleh rata-rata diameter hipokotil, tinggi hipokotil,
kontrol (Gambar 8). Rata-rata diameter hipokotil
panjang akar dan jumlah daun yang disajikan pada
pada penyimpanan hari ke-5 secara signifikan
grafik di bawah ini.
menunjukkan bahwa perlakuan asam askorbat
dengan konsentrasi 4% (A1B2), memiliki nilai
rata-rata diameter hipokotil yang lebih tinggi (3,43
cm) dibandingkan dengan perlakuan asam sitrat
dan kontrol. Sedangkan, pada perlakuan
penyimpanan hari ke-10 dan ke-15 perlakuan asam
sitrat 2% (A2B1) 3,10 cm dan asam askorbat 4%
(A1B2) 2,97 cm menunjukkan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain dan
kontrol.
Tinggi Hipokotil Panjang Akar
18,00 6,00
16,00
14,00 5,00
12,00
10,00 4,00
8,00
6,00
3,00
4,00
2,00
2,00
0,00
7 14 21 7 14 21 7 14 21
HST HST HST HST HST HST HST HST HST
1,00
Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan
5 hari 10 hari 15 hari
A1B1 3,16 11,78 14,49 2,747 10,86 13,10 1,63 7,35 11,17 0,00
7 14 21 7 14 21 7 14 21
A1B2 2,54 12,41 15,39 2,481 11,11 14,20 2,20 6,49 9,64 HST HST HST HST HST HST HST HST HST
Penyimpanan 5 Penyimpanan Penyimpanan
A2B1 2,93 11,00 13,64 2,681 9,675 10,56 1,98 7,90 12,09
hari 10 hari 15 hari
A2B2 2,89 13,04 12,72 1,82 9,005 11,62 1,24 5,18 9,20 A1B1 3,39 4,66 4,96 2,68 3,61 4,29 2,40 3,31 3,40
Kontrol 2,73 8,75 15,15 2,35 11,76 13,44 1,39 7,14 11,13 A1B2 2,10 4,00 4,32 2,35 2,51 2,65 2,34 3,44 3,80
A2B1 4,12 4,21 4,37 2,56 3,20 4,09 2,31 3,79 4,50
Gambar 9. Rata-rata tinggi hipokotil benih kakao A2B2 1,83 3,60 4,03 2,75 3,00 3,49 1,82 4,12 4,30
Kontrol 2,75 3,08 4,17 1,83 2,68 4,01 1,39 3,88 4,04
pada beberapa periode simpan.

Pada parameter pengamatan tinggi Gambar 10. Rata-rata panjang akar benih kakao
hipokotil (Gambar 9) pada penyimpanan hari ke-5 pada beberapa periode simpan.
(15,39 cm) dan hari ke-15 (14,20 cm), perlakuan
Pengamatan parameter panjang akar
penambahan asam askorbat dengan konsentrasi 4%
(Gambar 10) pada penyimpanan hari ke-5
(A1B2) memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi
perlakuan penambahan asam sitrat 2% (A2B1)
dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan asam
memiliki rata-rata panjang akar tertinggi (4,50 cm),
sitrat. Perlakuan penambahan asam sitrat dengan
sedangkan pada penyimpanan hari ke-10 dan ke-15
konsentrasi 4% (A2B2) berpengaruh negatif
perlakuan asam askorbat 2% (A1B1) menunjukkan
terhadap parameter diameter dan panjang
rata-rata panjang akar paling tinggi (4,29 dan 4,96
hipokotil. Hal ini dapat dimungkinkan karena asam
cm). Perlakuan penambahan asam askorbat dan
sitrat dengan konsentrasi 4% dapat meracuni benih
asam sitrat tidak berpengaruh nyata terhadap
tanaman kakao sehingga menghambat
parameter jumlah daun, dibandingkan dengan
pertumbuhan kecambahnya.
kontrol.
Seiring dengan lamanya periode simpan
benih kakao, terjadi penurunan pada semua
parameter pertumbuhan bibit (diameter hipokotil,
tinggi hipokotil, panjang akar dan jumlah daun).
Penambahan asam organik diharapkan dapat
mempertahankan atau bahkan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Asam askorbat mempunyai
peranan penting dalam perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut dikarenakan et al. (2006) juga menyebutkan bahwa aplikasi
asam askorbat sebagai senyawa metabolit utama asam askorbat dapat membantu meningkatkan
pada tumbuhan memiliki fungsi sebagai perkecambahan dengan menetralisasi radikal
antioksidan, yang melindungi tanaman dari superoksida atau oksigen tunggal. Tabatabaei dan
kerusakan oksidatif yang dihasilkan dari Naghibalghora (2013) menyatakan bahwa
metabolisme aerobik, fotosintesis dan berbagai penambahan asam askorbat dapat meningkatkan
polutan sehingga mencegah kematian sel (Arora et daya berkecambah, vigor benih, persentase
al. 2002, Conklin dan Barth, 2004, Ansari dan pertumbuhan bibit normal, berat kering bibit dan
Sharif-Zadeh, 2012). Berdasarkan penelitian Khan tinggi bibit pada kondisi yang terkendali.
VI. DAFTAR PUSTAKA utilization. Wallingford: CABI
Publishing.

Behairy, R. T., El-Danasoury, M., Craker,


Anggraini, Y.N. 2000. Pengaruh media
L. 2012. Impact of ascorbic
simpan, ruang simpan, dan
acid on seed germination,
lama penyimpanan propagul
seedling growth, and enzyme
terhadap viabilitas benih
activity of salt-stressed
Rizhopora apiculata. [Skripsi].
fenugreek. Journal of
Bogor : Jurusan manajemen
Medicinally Active
hutan. Fakltas kehutanan IPB.
Plants, 1(3): 106-113.
Ansari, O., Sharif-Zadeh, F. 2012. Does
Budiarti, T., Widajati, E., Qadir, A. 1993.
Gibberelic acid (GA), Salicylic
Penggunaan Zat Pengatur
acid (SA) and Ascorbic acid
Tumbuh Tanaman pada
(ASc) improve Mountain Rye
Beberapa Benih Rekalsitran
(Secale montanum) seeds
untuk Meningkatkan Daya
germination and seedlings
Simpan dan Vigor Bibit.
growth under cold
Laporan Penelitian. Fakultas
stress. International Research
Pertanian. Institut Pertanian
Journal of Applied and Basic
Bogor. Bogor. 63 hal.
Sciences, 3(8): 1651-1657.
Conklin, P. L., & Barth, C. 2004. Ascorbic
Arora, A., Sairam, R.K., Srivastava, G.C.
acid, a familiar small molecule
2002. Oxidative stress and
intertwined in the response of
antioxidative system in plants.
plants to ozone, pathogens, and
Current science, 1227-1238.
the onset of senescence. Plant,
Bailly, C., Benamar, A., Corbineau F., Cell & Environment, 27(8):
CÔme D. 2000. Antioxidant 959-970.
system in sunflower
Copeland, L.O., McDonald, M.B. 1995.
(Helianthus annuus L.) seeds as
Principles of Seed Science and
affected by priming. Seed Sci
Technology. Chapman and Hall
Res, 10: 35-42.
Press. New York. 409 p.
Bartley, B.G.D. 2005. The Genetic
diversity of cacao and its
Cotrufo, C. 1963. Stimulation by citric acid (Shorgum bicolor (L) Moench).
of germination of eastern red Vegetalika, 2(4): 25-34.
cedar (Juniperus virginiana L.).
Jones, L. 1963. Effect of various pre-
Nature, 199:92-93
germination treatments on
Delouche. 1983. Seed Drying. References germination of black cherry
on Seed Operation for. seed. U. S. Forest Service
Workshop on Secondary Food Research Note SE-8. 2 p.
Crop Seed, Missisippi.
Justice O.L., Louis N.B., 1994. Principles
El-Saidy, A., El-Hai, A.K.M., 2011. and Practices of Seed Storage.
Alleviation of peanut seed Diterjemahkan oleh Rennie
deterioration during storage Roesli. Raja Grafindo Persada.
using biotic and abiotic agents. Jakarta. Hal : 219-173.
Res J. Seed Sci. 4(2), 64-81.
Justice, O.L dan Bass, L.N. 2002. Prinsip
Halimursyadah. 2012. Pengaruh kondisi dan Praktek Penyimpanan
simpan terhadap viabilitas dan Benih. Jakarta: PT. Raga
vigor benih Avicennia marina Grafindo Persada
(Forsk.) Vierh. Pada beberapa
Kartasapoetra, A.G. (2003). Teknologi
periode simpan. Jurnal
Benih : Pengolahan Benih dan
Agotropika, 17(2):43-51
Tuntunan Praktikum. Rineka
Hayati, R., Z. A. Pian, Syahril. 2011. Cipta. Jakarta. Hal : 108-112.
Pengaruh tingkat kemasakan
Khan, M.A., Ahmed, M.Z., Hameed, A.
buah dan cara penyimpanan
(2006). Effect of sea salt and L-
terhadap viabilitas dan vigor
ascorbic acid on the seed
benih kakao (Theobroma cacao
germination of halophytes.
L.). Jurnal Floratek, 6:114-123.
Journal of Arid Environments,
Immawati, D.R.S. Purwanti, Prajitno, D. 67(3), 535-540.
2013. Daya simpan benih
King, M. W., Roberts, E. H. (1980).
kedelai hitam (Glycine max (L)
Maintenance of recalcitrant
Merrill) hasil tumpangsari
seeds in storage.
dengan sorgum manis
Kuswanto, H. (2003). Teknologi Murniati, E. 2013. Fisiologi
Pemrosesan, Pengemasan dan perkecambahan dan dormansi
Penyimpanan. Kanisius. benih (Dasar Ilmu dan
Yogyakarta. Teknologi Benih). Bogor: IPB
Press.
Loewus F.A. (1999). Biosinynthesis and
metabolism of ascorbic acid in Pancaningtyas, S., Santoso, T.I.
plants and of analogs of Sudarsianto. 2014. Study on the
ascorbic acid in fungi. presence and influence of
Phytochemistry 52, 192-210. phenolic compounds in
callogenesis and somatic
Lumbanraja, S.S.O. 2006. Pengaruh
embryo development of cocoa
pemberian antioksidan sebelum
(Theobroma cacao L.). Pelita
simpan terhadap viabilitas dan
Perkebunan, 31 (1): 14-20.
vigor benih papaya (Carica
papaya L.). Skripsi. Rahardjo P. 1986. Penggunaan
Departemen Agronomi dan Polyethylene Glycol (PEG)
Hortikultura. Fakultas Sebagai Medium Penyimpanan
Pertanian IPB. Bogor. Benih Kakao (Theobroma
cacao, L). Pelita Perkebunan
Muchtadi, D. 2000. Sumber Serat dan
2(3), 105-106.
Antioksidan: Mencegah
Penyakit Degeneratif. Skripsi Rahayu E., Widajati E. 2007. Pengaruh
Jurusan Teknologi Pangan dan Kemasan, Kondisi Ruang
Gizi Fakultas Teknologi Simpan, dan Periode Simpan
Pertanian. Institut Pertanian Terhadap Viabilitas Benih
Bogor. Caisin (Brassica chinensis L.,).
Bul. Agron., 191-196.
Muchtadi, D. 2001. Kajian terhadap Serat
Makanan dan Antioksidan Rahayu, A., T. Hardiyati dan P. Hidayat.
dalam Berbagai Jenis Sayuran 2014. Pengaruh polyethylene
untuk Pencegahan Penyakit glycol 6000 dan lama
Degeneratif. Jurusan Teknologi penyimpanan terhadap mutu
Pangan dan Gizi. Fakultas benih kakao (Theobroma cacao
Teknologi Pertanian IPB. L.). Pelita Perkebunan, 30(1):
Bogor. 15-24.
Sadjad, S. 1994. Metode Uji Langsung vigour and health of zinnia
Viabilitas Benih. Institut (Zinnia elegans jacq.) seeds.
Pertanian Bogor. Bogor. Acta Sci. Pol., Hortorum
Cultus, 12(5): 17-29.
Sadjad, S. 1997. Membangun Industri
Benih dalam Era Agribisnis Tabatabaei, S.A., Naghibalghora, S.M.
Indonesia. Grasindo, Jakarta. 2013. The effect of salinity
164 hlm. stress on germination
characteristics and changes of
Sadjad, 1999. Parameter Pengujian Vigor
biochemically of sesame seeds.
Benih dan Komparatif ke
Cercetări Agronomice în
Simulatif. Jakarta: Grasino.
Moldova, 2 (157): 158-166.
Saleh, S. M. 2004. Pematahan Dormansi
Tambunsaribu, D.W., Anwar, S., Lukiwati,
Benih Aren Secara Fisik pada
D.R. 2017. Viabilitas benih dan
Bebagai Lama Ekstraksi Buah.
pertumbuhan bibit kakao
Agrosains, 6: 78-83.
(Theobroma cacao L) pada
Schmidt, L. 2000. Guide to handling of beberapa jenis media simpan
tropical and subtropical forest dan tingkat kelembaban. Jurnal
seed (p. 511). Denmark: Danida Agro Complex, 1(3):135-142.
Forest Seed Centre.
Wood, G. A. R. dan Lass, R. A. 1985:
Spillina, J. 1995. Komoditi Kakao Cocoa. 4th ed. Longman, New
Peranannya Dalam York.
Perekononmian Indonesia
Wuryandari Y.; I. Hartana 2004. Daya
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
tahan hidup Pseudomonas
Sutopo, Lita. 1988. Teknologi Benih. CV putida strain pf-20 dalam
Rajawali. Jakarta. beberapa macam inokulum. J.
Perlindungan Tanaman
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja
Indonesia, 10, 33-41.
Grafindo Persada; Jakarta.

Szopińska, D. 2013. The effects of organic


acids treatment on germination,

You might also like