Thanks to visit codestin.com
Credit goes to www.scribd.com

0% found this document useful (0 votes)
225 views6 pages

Jurnal Ilmiah Simantek ISSN. 2550-0414 Vol. 3 No. 1 Februari 2019

This summary provides the key details from the document in 3 sentences: The document analyzes communication barriers at PT. Asuransi Buana Independent in Medan, Indonesia. It finds that there are four main barriers: semantic barriers due to imprecise language, technical barriers from poor communication tools, psychological barriers when subordinates communicate with superiors, and ability barriers in responding to written messages. The research used qualitative methods like interviews to understand these communication challenges occurring in the company.

Uploaded by

marcelino zaztya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
225 views6 pages

Jurnal Ilmiah Simantek ISSN. 2550-0414 Vol. 3 No. 1 Februari 2019

This summary provides the key details from the document in 3 sentences: The document analyzes communication barriers at PT. Asuransi Buana Independent in Medan, Indonesia. It finds that there are four main barriers: semantic barriers due to imprecise language, technical barriers from poor communication tools, psychological barriers when subordinates communicate with superiors, and ability barriers in responding to written messages. The research used qualitative methods like interviews to understand these communication challenges occurring in the company.

Uploaded by

marcelino zaztya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No.

1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
ANALISIS KOMUNIKASI DI PT. ASURANSI BUANA INDEPENDENT MEDAN

1WILINNY, 2CHRISSYCA HALIM, 3SUTARNO, 4NGAJUDIN NUGROHO, 5FAUZI AKBAR MAULANA HUTABARAT
1,2,3,4,5AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN CENDANA

[email protected]

ABSTRACT

This research is aimed at knowing the barriers to implementing communication at PT. Asuransi Buana Independent. In the
implementation of communication also allows the emergence of obstacles. Badrudin (2013) describes these obstacles, such
as semantis barriers, technical barriers, biological barriers, psychological barriers, and ability barriers. In this research,
authors use qualitative descriptive research methods. The data collection methods used are structured interviews. The data
has been collected and analyzed through three activities, namely data reduction, data presentation, and the withdrawal of
conclusions. In the withdrawal of conclusions, data credibility is checked first by using source triangulation. Conclusion of
research on communication barriers at PT. Asuransi Buana Independent There are four: semantis barriers, technical
barriers, psychological barriers, and barriers of ability. In the delivery or acceptance of information, there has been a
misunderstanding because of the use of words or sentences that are less precise, such as between superiors and
subordinates. The subordinates misresponded to the superiors so they misdone what he was asked to work on.
Communication problems due to less good communication tools usually occur in the use of memos and messengers.
Subordinates are experiencing obstacles when communicating with superiors because they have to be more cautious in
speaking and also more polite and hesitate. Not all interlocutor have a good ability to respond to messages or information
submitted. Error responding to messages more frequently occurs in the use of communication in writing.

Keyword : Employee Communication Analysis

PENDAHULUAN
Aktifitas produktif diperlukan oleh manajemen perusahaan guna meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat
memenangkan persaingan. Banyaknya industri yang berkembang di Indonesia saat ini harus didukung oleh manajemen yang
baik dan disiplin, agar mampu bertahan dalam persaingan dunia industri (Mayasari dan Supriyanto, 2016). Berbagai macam
aktifitas yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam pencapaian tingginya produktivitas kerja karyawan,
banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain, adalah Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja, Disiplin Kerja,
bahkan yang berbanding terbalik seperti Stress Kerja Karyawan (Arwin dkk, 2019). Salah upaya yang dilakukan adalah
dengan memperbaiki kualitas komunikasi antar karyawan. Komunikasi bertujuan untuk memperlancar hubungan antar
individu, menyelesaikan segala konflik, masalah, ataupun kesalahpahaman. Sebaliknya, komunikasi itu sendiri juga dapat
merusak hubungan antar individu, menimbulkan konflik, masalah, ataupun kesalahpahaman. Sehingga dalam melakukan
komunikasi, individu harus berhati-hati dalam memilih media komunikasi dengan efektif serta bijaksana dalam menyampaikan
ataupun memahami pesan/informasi tersebut. Pemilihan media komunikasi yang tepat akan dapat mengoptimalkan proses
kerja karyawan. Setiap karyawan perusahaan dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas dan kuantitas pekerjaannya
baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar (Weny dkk, 2019). Setiap karyawan yang ditempatkan oleh perusahaan
memiliki kewajiban untuk memberikan hasil kerja yang maksimal.Bila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebih standar
pekerjaan dapat dikatakan kinerja seorang karyawan termasuk pada kategori baik. Demikian sebaliknya, seorang karyawan
yang hasil pekerjaannya tidak mencapai standar pekerjaan termasuk pada kinerja yang tidak baik atau berkinerja rendah
(Tasik dkk, 2019). Namun demikian pelaksanaan komunikasi memungkinkan munculnya hambatan. Gangguan dalam
komunikasi dapat berbentuk mekanik dan semantik. Gangguan mekanik disebabkan oleh saluran komunikasi kegaduhan
yang bersifat fisik, sedangkan gangguan semantik adalah gangguan yang berkenaan dengan pesan komunikasi sehingga
pengertiannya menjadi berubah dari yang dimaksudkan semula. Seseorang hanya akan memperhatikan pesan yang ada
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
hubungan dengan kepentingannya. Kepentingan tidak hanya mempengaruhi perhatian saja tetapi juga menentukan daya
tangkap, perasaan, dan tingkah laku. Suatu komunikasi dapat berlangsung baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan
motivasi dari penerima. Seseorang yang memiliki prasangka terhadap pengirim pesan dapat menyebabkan proses
komunikasi berlangsung tidak efektif karena dalam prasangka, emosi memaksa seseorang menarik kesimpulan tanpa
menggunakan pikiran rasional. PT. Asuransi Buana Independent merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
jasa asuransi. Berdasarkan pengamatan awal penulis, diperoleh informasi bahwa tentang kesalahan penyampaian informasi
pada aktivitas perusahaan, sebagai contoh adanya miskomunikasi antara karyawan dan adanya penundaan penyampaian
informasi. Hal ini tentunya akan menghambat aktivitas perusahaan tersebut.

KERANGKA TEORI
Komunikasi
Badrudin (2013) menjelaskan bahwa secara morfologis, terminologi komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communis
atau Communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), dan pertukaran tempat pembicara
mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Fungsi Dari Komunikasi


Riswandi (2009) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi komunikasi meliputi :
a. Fungsi Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sosial menunjukkan bahwa komunikasi penting untuk: (1) membangun konsep diri; (2) eksitensi
dan aktualisasi diri; (3) kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan mencapai kebahagiaan.
b. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi
tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan- perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
yang dikomunikasikan melalui pesan- pesan nonverbal, misalnya perasaan sayang, marah, benci, takut, sedih, atau
simpati, dapat dikomunikasikan melalui perilaku nonverbal.
c. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup. Dalam upacara tersebut orang-orang mengucapkan kata-kata atau
menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Kegiatan komunikasi ritual memungkinkan para pesertanya
berbagi komitmen emsosional dan menjadi perekat bagi kesatuan kelompok.
d. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: (1) menginformasikan; (2) mengajar; (3)
mendorong; (4) mengubah sikap, keyakinan, dan perilaku; (5) menggerakkan tindakan; (6) menghibur.

Walaupun fungsi-fungsi komunikasi telah diuraikan, suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya sering mempunyai fungsi-
fungsi yang tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya menonjol atau mendominasi.

Unsur - Unsur Dalam Proses Komunikasi


Proses komunikasi merupakan suatu metode dimana pengirim pesan (sender) dapat menyampaikan pesannya kepada
penerima pesan (receiver). Sopiah (2008:143) menjelaskan ada tujuh unsur utama dalam proses komunikasi sebagai berikut :
a. Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim
atau komunikator dalam organisasi bisa karyawan dan bisa juga pimpinan.
b. Penyandian (Encoding)
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat-isyarat atau simbol- simbol tertentu untuk
ditransmisikan. Proses penyandian ini dilakukan oleh pengirim.
c. Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk
kata, baik berupa ucapan maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku non-verbal juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan, seperti gerakan tubuh, raut muka, dan lain sebagainya.
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
d. Saluran
Saluran atau sering juga disebut dengan media adalah alat perantara di mana pesan berpindah dari pengirim ke
penerima. Saluran juga merupakan jalan yang dilalui informasi secara fisik. Saluran yang paling mendasar dari
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi berhadapan muka secara langsung. Beberapa saluran media utama
seperti televisi, radio, jarigan komputer, surat kabar, majalah, buku, dan lain sebagainya.
e. Penerima
Penerima adalah orang yang mau menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses penafsiran atas
informasi yang diterima dari pengirim.
f. Penafsiran
Penafsiran (decoding) adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-sandi) pesan dari pengirim, seperti
mengartikan huruf morse dan sejenisnya. Sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi
pesan oleh penerima.
g. Umpan Balik
Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan
balik hanya terjadi pada komunikasi dua arah.
h. Gangguan
Gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada
penerima. Gangguan dapat terjadi pada setiap elemen komunikasi.

Hambatan Dalam Komunikasi


Badrudin (2013) menjelaskan hambatan-hambatan dalam komunikasi antara lain :
a. Hambatan semantis, yaitu hambatan karena bahasa, kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan penafsirannya
banyak.
b. Hambatan teknis, adalah hambatan yang disebabkan oleh alat-alat teknis yang digunakan untuk berkomunikasi yang
kurang baik.
c. Hambatan biologis, adalah hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya panca indera komunikator/komunikan,
misalnya gagu atau tuli.
d. Hambatan psikologis, adalah hambatan kejiwaan yang disebabkan perbedaan status dan keadaan, misalnya antara
direksi dan pesuruh.
e. Hambatan kemampuan, adalah hambatan yang disebabkan oleh kurang mampu menangkap dan menafsirkan pesan
komunikasi sehingga dipersepsi serta dilakukan salah.

METODE PENELITIAN
Adapun metode dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2010),
"penelitian kualitatif yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya". Mukhtar (2013) mendefinisikan penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan,
prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni.

Jenis Dan Sumber Data


Sumber data terbagi dua yaitu data primer dan sumber data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah
wawancara pada karyawan PT. Asuransi Buana Independent, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah
sejumlah buku-buku teoritis yang dipakai sebagai referensi penelitian. Sumber data diperoleh dari dalam perusahaan
(internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal) PT. Asuransi Buana Independent.

Metode Pengumpulan Data


Gay dan Airasian (Emzir 2011) menjelaskan bahwa observasi, wawancara, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman,
gambar, dan percakapan informal merupakan sumber data kualitatif. Sumber yang paling umum digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumen, yang kadang-kadang dipergunakan secara bersama-sama dan kadang-kadang
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
secara individual. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum: analisisnya terutama tergantung pada
ketrampilan integratif dan interpretatif dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk
angka dan karena data kaya rincian dan panjang.
Menurut Esterberg (Sugiyono, 2010:233), terdapat beberapa jenis wawancara, yaitu :
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Pada wawancara terstruktur ini, setiap
responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya.
2) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructured Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalamkategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas
bila dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah menemukan permasalahan yang
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
3) Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)
Jenis wawancara ini adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode wawancara terstruktur. Iskandar
(2013), wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah menentukan format masalah yang akan
diwawancarai, berdasarkan masalah yang akan diteliti.
Kerlinger (Afifuddin dan Saebani, 2009) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika responden tidak mengerti,
peneliti dapat melakukan antisipasi dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengna tiap-tiap individu.
c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan ketika teknik lain tidak dapat dilakukan.

Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Dalam menentukan sampel,
penulis menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria pertimbangan penulis dalam memilih sampel sebagai sumber data
adalah masa kerja karyawan. Penulis memilih karyawan yang telah bekerja di atas 3 tahun sebagai sampel karena dinilai
lebih mengetahui keadaan di dalam perusahaan. Sehingga diperoleh 6 orang sebagai sampel.

Metode Analisis Data


Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisa data model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010), yaitu aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Miles dan Huberman menjelaskan bahwa tahap analisis dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai
sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sugiyono (2010:249)
menjelaskan bahwa reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
Bentuk penyajian data yang dipilih adalah dalam bentuk tabel. Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
Kredibilitas Data
Sugiyono (2010) menjelaskan "triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu."
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga triangulasi tersebut :
1. Triangulasi Sumber, digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik, digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu, digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dalam waktu dan
situasi yang berbeda.

Pada penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan mengecek kredibilitas data melalui
metode wawancara ke beberapa informan penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil wawancara, dapat dideskripsikan dengan mengecek kredibilitas datanya terlebih dahulu menggunakan
triangulasi sumber. Adapun hasil wawancara tersebut antara lain :
1. Dalam penyampaian ataupun penerimaan informasi, pernah terjadi kesalahpahaman dikarenakan adanya penggunaan
kata-kata atau kalimat yang kurang tepat, misalnya antara atasan dan bawahan. Bawahan salah menanggapi ucapan
atasan sehingga mereka salah melakukan apa yang dimintai atasannya untuk dikerjakan.
2. Alat komunikasi yang tersedia di perusahaan ini umumnya adalah telepon dan messenger. Kadang-kadang karyawan
juga menggunakan memo.
3. Masalah komunikasi akibat alat-alat komunikasi yang kurang baik biasanya terjadi pada penggunaan memo dan
messenger.
4. Karyawan tidak pernah mengalami masalah berkomunikasi dikarenakan adanya gangguan panca indera dari lawan
bicara.
5. Bawahan mengalami hambatan ketika berkomunikasi dengan atasan karena mereka harus lebih berhati-hati dalam
berbicara dan juga lebih sopan dan segan. Sebaliknya, atasan hanya bersikap biasa saja ketika berkomunikasi dengan
bawahan.
6. Atasan tidak memiliki masalah dalam menanggapi pesan yang disampaikan bawahan. Sebagian karyawan bisa salah
menanggapi pesan atau informasi dari lawan bicaranya. Kesalahan menanggapi pesan lebih sering terjadi pada
penggunaan komunikasi secara tertulis.
7. Tidak semua lawan bicara memiliki kemampuan yang baik dalam menanggapi pesan atau informasi yang
disampaikan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui beberapa hambatan komunikasi yang terjadi pada
PT. Asuransi Buana Independent. Dalam penyampaian ataupun penerimaan informasi, pernah terjadi kesalahpahaman
dikarenakan adanya penggunaan kata- kata atau kalimat yang kurang tepat, misalnya antara atasan dan bawahan.
Bawahan salah menanggapi ucapan atasan sehingga mereka salah melakukan apa yang dimintai atasannya untuk
dikerjakan. Alat komunikasi yang tersedia di perusahaan ini umumnya adalah telepon dan messenger. Kadang-kadang
karyawan juga menggunakan memo. Masalah komunikasi akibat alat-alat komunikasi yang kurang baik biasanya terjadi
pada penggunaan memo dan messenger. Karyawan tidak pernah mengalami masalah berkomunikasi dikarenakan adanya
gangguan panca indera dari lawan bicara. Bawahan mengalami hambatan ketika berkomunikasi dengan atasan karena
mereka harus lebih berhati-hati dalam berbicara dan juga lebih sopan dan segan. Sebaliknya, atasan hanya bersikap biasa
saja ketika berkomunikasi dengan bawahan. Atasan tidak memiliki masalah dalam menanggapi pesan yang disampaikan
bawahan. Sebagian karyawan bisa salah menanggapi pesan atau informasi dari lawan bicaranya. Kesalahan
menanggapi pesan lebih sering terjadi pada penggunaan komunikasi secara tertulis. Tidak semua lawan bicara memiliki
kemampuan yang baik dalam menanggapi pesan atau informasi yang disampaikan. Kondisi ini sudah memnuhi unsur-unsur
yang sesui dengan teori Badrudin (2013).
JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 1
ISSN. 2550-0414 Februari 2019
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hambatan Semantis
Dalam penyampaian ataupun penerimaan informasi, pernah terjadi kesalahpahaman dikarenakan adanya penggunaan
kata-kata atau kalimat yang kurang tepat, misalnya antara atasan dan bawahan. Bawahan salah menanggapi ucapan
atasan sehingga mereka salah melakukan apa yang dimintai atasannya untuk dikerjakan.
2. Hambatan Teknis
Masalah komunikasi akibat alat-alat komunikasi yang kurang baik biasanya terjadi pada penggunaan memo dan
messenger.
3. Hambatan Psikologis
Bawahan mengalami hambatan ketika berkomunikasi dengan atasan karena mereka harus lebih berhati-hati dalam
berbicara dan juga lebih sopan dan segan.
4. Hambatan Kemampuan
Tidak semua lawan bicara memiliki kemampuan yang baik dalam menanggapi pesan atau informasi yang disampaikan.
Kesalahan menanggapi pesan lebih sering terjadi pada penggunaan komunikasi secara tertulis.

DAFTAR PUSTAKA
Arwin, A., Ciamas, E. S., Siahaan, R. F. B., Vincent, W., & Rudy, R. (2019, February). Analisis Stress Kerja Pada
PT. Gunung Permata Valasindo Medan. In Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS) (Vol. 1, No. 1).

Afifuddin dan Saebani, Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Badrudin. 2013. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Mayasari, D., & Supriyanto, S. (2016). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode EOQ
(Economic Order Quantity) pada PT. Suryamas Lestari Prima. Jurnal Bis-A: Jurnal Bisnis Administrasi, 5(1), 26-32.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Referensi.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : Referensi.

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Utama, T., Ivone, I., Han, W. P., Berluidaham, B., & Megawati, M. (2019, February). Penilaian Kinerja Karyawan Pada
PT. Dinamika Lubsindo Utama Medan. In Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS) (Vol. 1, No. 1).

Weny, W., Nugroho, N., Anggraini, D., Sofian, S., & Erwin, E. (2019, February). Analisis Pelaksanaan Pelatihan Dan
Pendidikan Pada PT. Bimasakti Mahawira Medan. In Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS) (Vol. 1,
No. 1).

You might also like