V13 N3
eISSN 2477-6041 artikel 2, pp. 637 – 646, 2022
ANALISIS SISTEM PENDINGIN
MENGGUNAKAN THERMOSTAT
DAN TANPA THERMOSTAT
DALAM PENCAPAIAN PANAS
MESIN PADA ALAT UJI PRESTASI
Dafit Feriyanto The ideal working temperature of the engine is about 82 - 93 ⁰C.
Dosen The engine cooling system is needed to reach and maintain the
Universitas Mercu Buana ideal working temperature of the engine. The engine cooling sys-
Meruya Selatan, Jakarta
[email protected] tem is equipped with a thermostat to regulate the flow of cooling
water to reach and maintain the temperature. A malfunctioning
Sagir Alva thermostat will disrupt the cooling system process that led the en-
Dosen gine can be overheated. This study aims to analyze the cooling
Universitas Mercu Buana system with and without a thermostat to achieve the ideal working
Meruya Selatan, Jakarta
[email protected] temperature and evaluate the heat distribution on the engine cool-
ing system in the Hyundai Arya diesel engine type D4BB. The re-
Resista Vikaliana search was conducted by various rotations of 800 rpm, 1500 rpm,
Dosen and 2500 rpm, and the data was collected every 10 minutes. The
Institute STIAMI, Jakarta cooling system without a thermostat can not reach the ideal work-
[email protected] ing temperature of the engine within 10 minutes. Meanwhile, with
Asep Setia Kristanto a thermostat, the ideal working temperature of the engine can be
Mahasiswa achieved in 9 minutes with an average engine temperature of 86.0
Universitas Mercu Buana ⁰C at 800 rpm, in 6 minutes with an average engine temperature
Meruya Selatan, Jakarta of 83.5 ⁰C at 1500 rpm, and within 4 minutes with an average en-
[email protected] gine temperature of 81.7 ⁰C at 2500 rpm. The heat released by the
cooling system without a thermostat is less than using a thermo-
stat, with an average of 55.7%. The engine cooling system with a
thermostat in the engine cooling system and precise engine tem-
perature control will make the ideal working temperature of the
engine more quickly achieved and can be maintained as long as
the engine is operated.
Keywords: Engine Cooling System, Thermostat, Engine
Temperature.
1. PENDAHULUAN
Sistem pendinginan (cooling system) pada mesin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya over heat-
ing pada mesin agar tetap bekerja secara optimal [1-3]. Sistem pendingin mesin berfungsi untuk menurunkan
temperatur pada mesin dan untuk menjaga panas mesin pada suhu kerja idealnya [4]. Temperatur air pendingi-
nan selama mesin beroperasi ada di antara 82 – 93 ⁰C atau biasa disebut temperatur kerja ideal mesin [5-6].
Selain itu sistem pendingin mesin harus mampu mendukung tercapainya panas mesin secara merata dengan
cepat [7].
Thermostat adalah salah satu komponen di dalam sistem pendinginan mesin yang berkerja untuk
mengatur aliran air pendingin sehingga temperatur mesin segera mencapai suhu kerja ideal dan menjaga
temperatur mesin berada pada suhu kerja ideal [7-8]. Fungsi thermostat adalah sebagai katup / keran aliran air
pendingin dari blok mesin ke radiator. Saat suhu air pendingin masih rendah, thermostat dalam posisi tertutup
sehingga air pendingin hanya bersirkulasi di dalam blok mesin, kondisi ini memungkinkan kenaikan temperatur
mesin dengan cepat dan merata [9]. Ketika temperatur air pendingin sudah cukup tinggi maka thermostat mulai
membuka dan membuat aliran air pendingin mengalir dari blok mesin ke radiator untuk didinginkan. Tanpa
adanya thermostat pada sistem pendingin akan membuat temperatur mesin terlalu dingin, proses pemanasan
mesin lama dan tidak merata [9]. Hal tersebut akan mengakibatkan konsumsi bahan bakar menjadi boros,
Corresponding Author: [email protected] Received on: July 2020 Accepted on: December 2022
DOI: https://doi.org/10.21776/jrm.v13i3.757
637
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
memicu timbulnya detonasi dan polusi gas buang yang berlebihan [9,10]. Efek lain tanpa adanya thermostat,
sirkulasi air pendingin tidak ada yang akan mengontrol lagi. Hasilnya saat mesin masih dingin, air tetap
bersirkulasi atau berputar menuju radiator. Imbasnya mesin menjadi lebih lama untuk mencapai suhu kerja
ideal [11,12]. Penggunaan thermostat dalam suatu mesin sangatlah penting untuk mengontrol temperatur yang
ada pada mesin. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang fungsi thermostat dalam pencapaian suhu kerja
ideal mesin dan efek – efek yang ditimbulkan tanpa adanya thermostat pada sistem pendingin, maka dibutuhkan
media penunjang pengujian.
Kebaruan dari penelitian ini adalah pada alat uji prestasi mesin yang dibuat khusus dengan
pengaplikasian thermostat dengan menggnakan basic mesin diesel mobil Hyundai Arya tipe D4BB. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pencapaian panas mesin pada sistem pendingin dengan dan tanpa
menggunakan thermostat, menganalisis fungsi thermostat dalam pencapaian panas ideal mesin dan merancang
kontrol temperatur yang tepat pada sistem pendingin mesin.
2. METODE DAN BAHAN
2.1. Diagram Alir
Diagram alir merupakan langkah - langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan serangkaian kegiatan
penelitian, sehingga langkah yang dilakukan menjadi lebih terarah. Kegiatan penelitian ini mengikuti alir
seperti Gambar 1.
Gambar 1 :. Diagram alir penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah yang ada pada dunia industri dan
otomotive serta dari penelitian terdahulu dimana terjadinya masalah pada sistem pendingin pada mesin yang
tidak menggunakan thermostat. Sehingga penelitian perbandingan dengan dan tanpa thermostat perlu
dilakukan. Setelah proses studi literatur dan observasi dilakukan, pembuatan desain alat uji mulai dari kerangka
penopang sampai instalasi mesin dilakukan untuk memastikan pada tahapan pembuatan alat uji tidak ada
kendala. Setelah proses pembuatan alat uji, test kesiapan dilakukan yang berupa uji performa mesin, sensor
dan ketahanan rangka. Setelah alat uji siap, pengambilan data dilakukan dengan variasi mesin dengan dan tanpa
menggunakan thermostat serta variasi kecepatan putaran yaitu 800, 1500 dan 2500 rpm dengan pengambilan
data dilakukan selama 10 menit pada tiap variasi.
2.2. Alat dan Bahan
Untuk melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian sesuai dengan diagram alir penelitian pada Gambar 1
dibutuhkan peralatan dan bahan / material penelitian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:
638
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
Tabel 1: Peralatan dan material penelitian
No. Nama Peralatan dan Material Penelitian Fungsi dalam Kegiatan Penelitian
1 Stand Engine (Alat Uji Prestasi) Media uji
2 Thermostat Media uji
3 Air radiator Media uji
4 Thermocouple Mengukur temperature air pendingin
5 Thermometer Infrared Mengukur temperatur blok mesin
6 Flowmeter Mengukur debit air pendingin
7 Tachometer Mengukur putaran mesin
8 Stopwatch Mengukur waktu
9 Solar Bahan bakar mesin uji prestasi
2.3. Spesifikasi Mesin
Alat uji prestasi yang digunakan sebagai media uji pada penelitian ini menggunakan mesin mobil Hyundai
Arya berbahan bakar solar dengan tipe engine D4BB, yang dirakit lengkap dengan sistem pendingin, transmisi
dan panel kontrol. Adapun spesifikasi dari alat uji prestasi sebagai media uji pada penelitian ini ditunjukkan
pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2: Spesifikasi mesin alat uji prestasi
Spesifikasi Mesin
Tipe Mesin D4BB – SOHC 4 Cylinder Inline
Volume Cylinder 2,607 cc
Bore x Stroke 91.1 x 100 mm
Compression Ratio 22:1
Torsi Maksimum 17.6 kg.m / 1,500 rpm
Daya Maksimum 57 ps / 2,500 rpm
Transmisi 5 speed, manual transmission
Produksi Hyundai
2.4. Skematik Diagram Pengujian
Perancangan alat uji prestasi untuk menganalisis sistem pendingin mesin dalam pencapaian panas kerja ideal
dengan menggunakan thermostat dan tanpa thermostat. Pada pengujian dengan menggunakan termostat, mesin
dilengkapi dengan beberapa komponen seperti termostat, radiator dan pompa air dan dilengkapi dengan
beberapa sensor seperti sensor temperatur dan sensor aliran. Sedangkan pengujian tampa menggunakan
termostat dilakukan pada mesin dengan komponen sistem pendingin hanya radiator dan pompa dan juga
dengan menggunakan sensor yang sama yaitu sensor temperatur dan sensor aliran. Skematik diagram dari
kedua jenis pengujian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
a) b)
Gambar 2: Skematik diagram pengujian a) dengan termostat dan b) tanpa termostat
639
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
Alat uji didesain agar bisa mengambil data temperatur air pendingin pada bagian inlet dan outlet pada
mesin, sehingga pada bagian tersebut dipasang thermocouple untuk memonitoring temperatur air pendingin,
flowmeter untuk mengukur kecepatan aliran air pendingin. Selain itu dipasang pula tachometer untuk
memonitoring putaran mesin. Thermometer laser dipersiapkan untuk mengukur temperatur silinder blok
dibeberapa bagian serta stopwatch untuk menghitung waktu dalam pengambilan data pengujian.
Gambar 3: Desain alat uji
2.5. Langkah Pengujian
Berikut merupakan langkah – langkah dalam pengujian sistem pendingin mesin dalam pencapaian suhu kerja
idealnya dengan menggunakan thermostat dan tanpa menggunakan thermostat.
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan yaitu thermometer infrared, stopwatch dan alat tulis.
2. Menyiapkan mesin alat uji prestasi, pastikan bahan bakar solar sudah tersedia.
3. Pastikan semua instrumen alat ukur seperti thermocouple dan flowmeter berfungsi dengan baik.
4. Ukur temperatur mesin dibagian depan, tengah dan belakang silinder blok mesin, ukur temperatur air pend-
ingin saat mesin masih mati sebagai data awal pengujian, kemudian catat.
5. Nyalakan mesin alat uji prestasi, setting putaran mesin hingga didapat putaran mesin pengujian. Putaran
mesin dapat dilihat melalui tachometer yang telah disiapkan.
6. Catat debit aliran air pendingin sesuai dengan setting putaran mesin.
7. Catat kenaikan temperatur air pendingin pada inlet dan outlet mesin, serta kenaikan temperatur mesin pada
titik ukur yang telah ditentukan tiap menit hingga 10 menit pengujian.
8. Hitung waktu yang diperlukan hingga dicapai suhu kerja ideal mesin.
9. Lakukan langkah pengujian no. 1 hingga no. 8 dengan variasi putaran mesin pada 800 rpm, 1500 rpm dan
2500 rpm.
3. HASIL DAN DISKUSI
3.1 Hasil Pengujian
Data temperatur mesin dan temperatur air pendingin diukur pada saat kondisi mesin masih dingin mengikuti
temperatur ruang sebagai data awal pengujian.
Tabel 3: Data awal temperatur mesin
No. Posisi Titik Ukur Temperatur (⁰ C)
1 Silinder blok bagian depan (TU-1) 27.6
2 Silinder blok bagian tengah (TU-2) 27.6
3 Silinder blok bagian belakang (TU-3) 27.8
4 Air pendingin pada outlet mesin (TU-4) 27.5
5 Air pendingin pada inlet mesin (TU-5) 27.5
Debit aliran air pendingin sangat berpengaruh terhadap besarnya laju perpindahan panas yang dibuang
melalui sistem pendingin. Debit aliran air pendingin diukur pada 3 putaran mesin yang berbeda yaitu 800 rpm,
1500 rpm dan 2500 rpm. Dari data pengukuran menunjukkan semakin tinggi putaran mesin maka semakin
tinggi pula debit aliran air pendingin, hal ini disebabkan poros pompa air pendingin terhubung langsung dengan
640
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
poros mesin menggunakan sabuk penghubung sehingga putaran pompa air pendingin berputar semakin cepat
mengikuti putaran mesin [13,14].
Tabel 4: Debit aliran air pendingin pada 3 variasi putaran mesin.
No. Putaran mesin Debit aliran air pendingin
(rpm) (m³/min)
1 800 0.009
2 1500 0.016
3 2500 0.028
Pada tiga grafik dibawah menunjukkan perbandingan kenaikan temperatur mesin pada putaran 800 rpm,
1500 rpm dan 2500 rpm. Masing – masing grafik membandingkan kenaikan temperatur mesin dengan
menggunakan thermostat dan tanpa thermostat pada sistem pendingin mesinnya. Sistem pendingin tanpa
menggunakan thermostat kenaikan temperatur mesinnya lebih rendah dibandingkan kenaikan temperatur me-
sin dengan sistem pendingin menggunakan thermostat.
Gambar 4: Grafik pencapaian panas mesin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 800 rpm.
Gambar 5: Grafik pencapaian panas mesin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 1500 rpm
641
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
Gambar 6: Grafik pencapaian panas mesin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 2500 rpm
Tiga grafik dibawah menunjukkan perbedaan kenaikan temperatur air pendingin pada pencapaian panas
mesin dengan menggunakan thermostat dan tanpa thermostat. Pada putaran 800 rpm, kenaikan temperatur air
pendingin secara signifikan ditunjukkan pada menit ke – 9, sedangkan pada putaran 1500 rpm kenaikan
temperatur air pendingin secara signifikan ditunjukkan pada menit ke – 6 dan pada putaran 2500 rpm kenaikan
temperatur air pendingin secara signifikan ditunjukkan pada menit ke – 6 juga. Kenaikan temperatur air
pendingin secara signifikan dipicu oleh terbukanya thermostat sehingga terjadi aliran air pendingin ke mesin,
sehingga panas mesin diserap oleh air pendingin tersebut [15-17]. Kenaikan temperatur air pendingin pada
sistem pendingin tanpa menggunakan thermostat cenderung lebih stabil naik perlahan dari menit awal, ini
terjadi karena aliran air pendingin sudah bersirkulasi ke mesin.
Gambar 7: Grafik temperatur air pendingin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 800 rpm
642
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
Gambar 8: Grafik temperatur air pendingin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 1500 rpm
Gambar 9: Grafik temperatur air pendingin dengan dan tanpa thermostat pada putaran 2500 rpm
Dalam pencapaian panas kerja ideal mesin, temperatur mesin diukur pada 3 titik ukur yang berbeda di
silinder blok mesin dengan tujuan untuk mengetahui pemerataan panas mesin, dengan asumsi bahwa panas
mesin tidak merata jika selisih temperatur diatas 6 ⁰C.
643
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
Gambar 10: Grafik selisih temperatur mesin tiap menit pada titik ukur
3.2 Perhitungan Laju Perpindahan Panas
Laju perpindahan panas yang dilepas oleh sistem pendingin dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
q = ṁ. Cp. ∆t (1)
dimana:
q = laju perpindahan panas yang dilepas ke water jacket (kJ/s)
ṁ = laju massa aliran fluida pada water jacket (kg/s)
Cp = kalor spesifik fluida (kJ/kg.K)
∆t = selisih temperatur fluida masuk dan keluar dari radiator (K)
Laju perpindahan panas yang terjadi akan dihitung pada saat menit ke 10 mesin dijalankan dan
dibandingkan pada saat menggunakan thermostat dan tanpa thermostat pada masing – masing putaran yaitu
pada putaran 800 rpm, 1500 rpm dan 2500 rpm.
Tabel 5: Tabel perhitungan laju perpindahan panas
Putaran Mesin
No Sistem Pendingin Laju perpindahan panas (kJ/s) Persentase (%)
(rpm)
Tanpa thermostat 11.5995
1 800 56.40%
Dengan thermostat 20.5656
Tanpa thermostat 26.4092
2 1500 52.70%
Dengan thermostat 50.1098
Tanpa thermostat 42.4354
3 2500 57.60%
Dengan thermostat 73.6725
Tabel 6: Persentase laju perpindahan panas yang dilepas oleh sistem
n m Cp ∆t q
No. Sistem Pendingin
(rpm) (kg/s) (kJ/kg.K) (K) (kJ/s)
1 800 0.15 4.18 32.8 20.5656
2 Dengan thermostat 1500 0.27 4.18 44.4 50.1098
3 2500 0.47 4.18 37.5 73.6725
4 800 0.15 4.18 18.5 11.5995
5 Tanpa thermostat 1500 0.27 4.18 23.4 26.4092
6 2500 0.47 4.18 21.6 42.4354
Perpindahan laju panas yang dilepas oleh sistem pendingin pada putaran 800 rpm, 1500 rpm dan 2500
644
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
rpm dapat kita bandingkan dengan menghitung persentasenya, laju perpindahan panas yang dilepas oleh sistem
pendingin tanpa menggunakan thermostat dibandingkan dengan menggunakan thermostat.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dari data penelitian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, kesimpulan yang
didapat dari analisis sistem pendingin dengan menggunakan thermostat dan tanpa thermostat dalam pencapaian
panas mesin dapat diketahui sebagai berikut:
1. Tanpa thermostat, temperatur ideal kerja mesin tidak tercapai dalam 10 menit waktu pengujian. Se-
baliknya, dengan thermostat temperatur ideal mesin dapat tercapai, semakin cepat putaran mesin waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur kerja ideal maka semakin singkat. Semakin tinggi putaran
mesin, panas mesin menjadi kurang merata.
2. Thermostat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, membuat mesin menjadi overheat. Tanpa adanya
thermostat temperatur kerja ideal mesin menjadi sulit dan lebih lama tercapai.
5. PERNYATAAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Mercu Buana, Jakarta atas support dana dan peralatan
dalam melakukan testing.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] AMNI, D., AMIN, B., MARTIAS, M., “Pengaruh pelepasan thermostat terhadap konsumsi bahan bakar
pada mesin Toyota Kijang 5K”, Automotif Engineering Education Journal, v.2, n.2, 2014.
[2] SURJADI, E., “Pengaruh penggunaan radiator pada sistem pendingin motor diesel stasioner satu silinder
terhadap laju kenaikan suhu air pendingin”, Jurnal AUTINDO, v.1, n.3, 2016.
[3] ADE, I.S., Analisis sistem pendinginan pada mesin Isuzu Panther, Universitas Negeri Semarang, Sema-
rang, 2007.
[4] GERRY, G.S.D., ARIS, Z.M., MAHROS, D., “Rancang Bangun dan Uji Performa Sistem Kendali Pem-
berian Fluida Permesinan MQL Berbasis Arduino”, Rekayasa Mesin, v. 11, n. 1, pp. 97-104, 2020
[5] AMRIE MUCHTA. Cara kerja thermostat pada sistem pendingin mobil. https://www.autoex-
pose.org/2017/09/cara-kerja-thermostat.html, 2017, Diakses pada 14 Juni 2020.
[6] PURNOMO, B.C., Tinjauan faktor pengotoran (fouling) terhadap prestasi radiator pada sistem pend-
ingin mobil, Laporan Penelitian, Universitas Muhammadiyah Magelang, Magelang, 2013.
[7] DARYANTO, “Pemeliharaan sistem pendingin dan pelumasan mobil”, Bandung, CV. Yrama Widya,
2004.
[8] NUGROHO, A., “Laju perpindahan panas pada radiator dengan fluida campuran 80% air dan 20% radi-
ator coolant pada putaran konstan”, Tatal, v. 4, n. 2, 5 Mar 2009.
[9] RAFLANDO, K., SUBIYAKTO, G., FARID, A., “Analisis volume air radiator terhadap perubahan tem-
peratur pada motor diesel Chevrolet”, Proton: Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik Mesin, v. 4, n. 2, Oct. 2012.
[10] GINTING, T., “Pengaruh penggunaan thermostat terhadap temperatur air pendingin dengan media cairan
pendingin air dan radiator coolant pada mesin 7K”, Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi, v.
5, n. 2, Desember 2016.
[11] MOHAMAD, T., GEOK, H., “Part-load performance and emissions of a spark ignition engine fueled
with RON95 and RON97 gasoline: technical viewpoint on Malaysia’s fuel price debate”, Energy Convers
Manage, v. 88, pp. 928-35, 2014.
[12] PRANOTO, H., FERIYANTO, D., ZAKARIA, S., “Performance and Exhaust Gas Temperature Investi-
gation of Ceramic, Metallic and FeCrAl Catalytic Converter In Gasoline Engine”, Sinergi, v. 23, n. 1, pp.
11-16, 2019.
[13] LESTARI, W., “Analisis pengaruh sistem pendingin terhadap mesin bensin Xenia tipe XI 1300 cc 4
silinder 16 valve (K3 – DE DOHC)”, Jurnal Kajian Teknik Mesin, v. 2, n. 1, 2017.
[14] PRANOTO, H., LEMAN, A.M., ISHAK, B., FERIYANTO, D., GAMA, W.P., “Improving Road Safety
of Tank Truck in Indonesia by Speed Limiter Installation”, MATEC Web of Conferences. v. 87, p. 02022,
2017.
[15] PRANOTO, H., “Efisiensi Power Engine Truck Pergerakan Dinamis dengan mengubah Ratio Final Gear
pada Truck Kapasitas 30 Ton”, Sinergi, v. 19, n. 1, pp. 45-90, 2015.
[16] KORCZEWSKI, Z., “Exhaust Gas Temperature Measurements in Diagnostics of Turbocharged Marine
Internal Combustion Engines Part I Standard Measurements”, Polish Maritime Research, v. 22, n. 1, pp.
47-54, 2015.
645
Dafit Feriyanto, Sagir Alva, Resista Vikaliana, Asep Setia Kristanto; Rekayasa Mesin, v. 13, n. 3, pp. 637 – 646, 2022.
[17] LEMAN, A.M., FERIYANTO, D., FARHANA, R.R., BAKAR, B.A., BABA, I., “Oxidation Resistance
Analysis Of Metallic (FeCrAl Foil) Catalytic Converter Developed By Ultrasonic Approach”, MATEC
Web of Conferences, v. 78, p. 01009, 2016.
646